Jogja 'cen' Istimewa (9): Drumband ‘Alam Sini’ atau ‘Alam Sana’?

Anif Punto Utomo.

 

 Oleh Anif Punto Utomo *)


Suatu kali di tahun 1983-an saya terbangun lewat tengah malam, mungkin sekitar pukul 02.00. Sayup-sayup saya mendengar suara seperti permainan drumband. Semakin lama semakin jelas suaranya. Saya tinggal di Perumnas Condong Catur, Jogja Utara, sedangkan suara itu sepertinya berasal dari selatan.

Saya menduga, suara itu dari Akademi Angkatan Udara (AAU) yang berada Meguwo, jauh di sebelah selatan Condong Catur. ‘’Tapi mbengi-mbengi kok latihan drumband,’’ batin saya. Penasaran. Tapi lama-lama suara tersebut tak terdengar seiring dengan rasa kantuk yang semakin menyergap.

Peristiwa itu berlalu begitu saja, sampai beberapa bulan kemudian ketika kongkow dengan kawan-kawan, tiba-tiba ada yang cerita kalau menjelang subuh tadi dia mendengar suara drumband. Maka pembicaraan pun bergeser ke suara drumband yang ternyata terdengar dari berbagai sudut Jogja. 

Seingat saya, selama ‘ngangsu kawruh’ di Jogja antara enam tahun lebih, saya mendengar suara drumband misterius itu tiga-empat kali. Kadang lewat tengah malam, kadang menjelang subuh.

Beberapa orang pernah mengejar sumber suara, tetapi tidak ketemu. Ada yang yang mendengar suara itu dari Jogja bagian timur, begitu dikejar, suara itu pindah ke selatan, dikejar ke selatan, pindah ke utara, dan seterusnya. Ada lagi yang mengejar sumber suara, tetapi makin mendekat justru suara melemah dan hilang, senyap.

Apakah suara yang bisa didengar penduduk asli Joga dan pendatang itu masih ada? Kalaupun iya, sepertinya tidak sesering dulu. Saya pernah bertanya pada generasi milenial sampai Gen Z yang kuliah di Jogja, apakah pernah mengengar suara drumband, tidak ada yang menjawab pernah. Saya pun sejak meninggalkan Jogja akhir 1989 tidak pernah lagi mendengar ketika bermalam di Jogja.

Meski begitu, cerita tentang suara drumband tersebut terus beredar. Di media elektronik, baik video maupun tulisan, misteri suara juga banyak diulas. Dari berbagai sumber itu pula kita bisa mendapati bahwa ada dua kemungkinan hadirnya suara drumband tersebut, yakni dari ‘alam sini’ dan ‘alam sana’.

Analisis berdasarkan teori ‘alam sini’, atau alam manusia, alam kita, suara berasal dari latihan drumband dari AAU, Adi Sucipto. Dari pengakuan orang dalam, memang terkadang siswa AAU berlatih drumband pada pukul 04.00 menjelang subuh. Namun latihan pagi ‘mruput’ itu hanya dilakukan jika persiapan lomba, jadi jarang dilakukan.

Teori itu gugur. Alasan pertama suara drumband terkadang terdengar pada dini hari sehingga tentu saja latihan drumband belum berlangsung. Kedua, suara drumband terdengar dari berbagai penjuru, ada yang dari Parangtritis (selatan), ada dari Godean (barat), ada dari tengah kota, ada dari Condong Catur (utara). Lagi pula nada drumband itu sangat sederhana, tidak banyak variasi seperti drumband masa kini.

Apakah berarti itu dari ‘alam sana’? Kemungkinan ini cukup menggelitik.  

Ada yang menulis bahwa terdapat hubungan yang erat antara Kraton Mataram (sekarang Kraton Yogyakarta) dengan kerajaan ghaib Nyi Roro Kidul di laut selatan. Nah, suara drumband tersebut adalah genderang pasukan Nyi Roro Kidul yang sedang dalam perjalanan dari laut selatan menuju ke Kraton Yogyakarta atau sebaliknya.

Ada lagi yang berpendapat bahwa suara itu adalah dari prajurit metafisik yang mengawal Kraton Jogja. Mereka secara beregu berkeliling berpatroli setiap malam di alam sana sambil menabuh drumband. Itulah kenapa suara dapat didengar dari berbagai penjuru mata angin.

Ada juga yang berpendapat bahwa suara itu adalah dari prajurit kraton yang bertempur dengan Belanda pada 1870-an. Pertempuran tidak seimbang karena kalah jumlah. Arwah mereka itulah yang kemudian berkeliling Jogja sambil menabuh genderang untuk mengingatkan bahwa mereka ikut berjuang dalam mengusir Belanda.

Dari tiga pendapat bahwa suara berasal dari ‘alam sana’ itu selalu dihubungkan dengan Kraton Jogja. Segala hal mistis termasuk yang terkait dengan suara drumband memang mengasyikkan jika dikaitkan dengan kraton. Tetapi masalahnya, penguasa Kraton Jogja sendiri tidak tahu-menahu soal suara tersebut.

"Aku ra krungu, gak reti aku. Drumband piye, tanya sama yang denger (Aku tidak dengar, tidak tahu saya. Suara drumband apa)," kata Sri Sultan Hamengku Buwono X usai menghadiri Rapur di DPRD D.I.Yogyakarta, Kamis (9/1/2014) seperti banyak dikutip media. Dengan pernyataan Sultan tersebut berarti teori ‘alam sana’ gugur.

Teori ‘alam sini’ gugur, teori ‘alam sana’ juga gugur, terus bagaimana memecahkan misteri suara drumband itu? Jawabnya sederhana: itulah istimewanya Jogja.

Eh sebentar, ada juga mitos yang menancap erat di benak sebagian masyarakat. Konon, bagi pendatang yang mendengar suara drumband misterius kelak bakal tinggal lama di Jogja, atau bisa dapat jodoh di Jogja. Benar juga, saya pernah mendengar suara itu dan beberapa tahun kemudian memperistri Lilies Sulistyowati, gadis kelahiran Jogja. 



*) Jurnalis Senior, Peneliti Moya Institute

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.