Tribute to Legend Harmoni Zaman 60-an, Menbud RI Fadli Zon: Digitalisasi Penting untuk Selamatkan Aset Musisi

Kementerian Kebudayaan menyelenggarakan pentas musik Tribute to Legend bertajuk “Harmoni Zaman 60-an” yang digelar di Rarampa Resto, Jakarta Selatan, Sabtu (31/5/2025). (Foto: Humas Kementerian Kebudayaan)
 

JAKARTA -- Menteri Kebudayaan (Menbud) RI Fadli Zon menyebut digitalisasi penting dilakukan untuk menyelamatkan aset para musisi dari kepunahan budaya agar meninggalkan jejak bagi generasi muda.

“Tentu saja nanti berikutnya adalah digitalisasi memang digitalisasi yang paling penting diselamatkan dulu,” ujar Fadli Zon saat hadir di acara “Harmoni Zaman 60-an” di Jakarta, Sabtu (31/5/2025).

Fadli mengatakan, saat ini Kementerian Kebudayaan tengah melakukan upaya pelestarian aset musisi berupa digitalisasi piringan hitam atau vinil mulai dari tahun 1910 hingga 1980-an, serta kaset-kaset yang nantinya akan dibentuk ensiklopedia musik Indonesia. Selain itu, Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) juga akan mempertahankan intellectual property (IP) para musisi agar bisa menjadi aset yang mendatangkan keuntungan.

Lebih lanjut, Menbud mengatakan akan membantu para musisi menciptakan ekosistem yang sehat terkait royalti para legenda musik Indonesia dengan bekerja sama dengan Kementerian Hukum agar tidak terjadi kesalahpahaman antara penyanyi dan pencipta lagu.

“Kalau ini diatur dengan baik nanti melalui undang-undang dan lain-lain. Ini akan bisa menciptakan satu ekosistem yang sehat bagi penciptaan dan lain-lain,” kata Fadli.

Kementerian Kebudayaan menyelenggarakan pentas musik Tribute to Legend bertajuk “Harmoni Zaman 60-an” yang digelar di Rarampa Resto, Jakarta Selatan. Acara ini menjadi ajang apresiasi dan silaturahmi bagi para musisi legendaris Indonesia yang telah mewarnai industri musik sejak era 1960-an.

Sejumlah nama besar yang tak asing lagi di telinga pecinta musik Indonesia, hadir dan mendapat apresiasi khusus dari Menteri kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, di antaranya Titiek Hamzah, Tetty Kadi, Yok Koeswoyo, Ernie Djohan, Titiek Sandhora, dan Muchsin Alatas. Nama-nama tersebut merupakan simbol kejayaan musik tanah air di masa lampau dan memiliki kontribusi besar dalam membentuk identitas budaya bangsa melalui karya-karyanya.

“Kita menyelenggarakan Harmoni Zaman 60-an ini sebagai bentuk apresiasi untuk para legendaris tahun 60-an yang tentu saja sangat berkontribusi dalam perjalanan musik Indonesia. Sebagai bagian dari aset nasional, para legendaris musik tersebut mempunyai kontribusi yang besar dalam perjalanan pemajuan kebudayaan kita,” ujar Menbud Fadli Zon dalam sambutannya.

Lebih dari sekadar perayaan musik, Harmoni Zaman 60-an juga menjadi momentum penting untuk mempertemukan kembali para musisi legendaris dalam suasana kekeluargaan, serta memperkenalkan jejak sejarah musik Indonesia kepada generasi muda. Diharapkan kegiatan ini mampu menumbuhkan kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga dan merayakan warisan budaya bangsa. 

“Musik juga menyatukan keberagaman, perbedaan-perbedaan, dan orang mempunyai respons yang juga unik terhadap musik yang ada apalagi di tahun-tahun itu menjadi hiburan yang sangat penting,” jelas Menbud Fadli Zon.

Acara ini diselenggarakan atas inisiasi Asosiasi Mahasvara Nusantara dan didukung oleh Pertamina (Persero). Bentuk apresiasi yang diberikan ini menjadi wujud nyata penghormatan negara dan dunia usaha terhadap dedikasi para seniman yang telah menginspirasi generasi demi generasi. 

Menbud Fadli Zon secara khusus menyampaikan apresiasinya atas terjalinnya kolaborasi penyelenggaraan acara tersebut. “Kami mengucapkan terima kasih, apresiasi kepada Asosiasi Mahaswara Nusantara dan juga khususnya kepada PT. Pertamina yang menyelenggarakan agenda Harmoni Zaman 60-an ini dalam bentuk kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, dan komunitas, sehingga kita bisa menyelenggarakannya mungkin bisa lebih rutin,” ujarnya.

Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, Ahmad Mahendra pada laporannya menyebutkan Tribute to Legend ini akan berlanjut sebagai program setidaknya tiga kali dalam tahun 2025 sebagai upaya membangun ekosistem musik.

Hal ini ditegaskan pula oleh Menbud Fadli Zon. “Kalau sekarang ini kita mulai dari Harmoni Zaman 60-an, bulan depan kita mulai dengan tahun 1970-an, lanjut era 1980-an, karena di kedua era tersebut juga masih banyak musisi yang cukup aktif,” ucapnya.

Harmoni Zaman 60-an dihadiri oleh para penyanyi senior Titiek Hamzah, Tetty Kadi, Dimitri Koeswoyo, Ernie Djohan, Titiek Sandhora, Muchsin Alatas; Musisi Gilang Ramadhan, Dwiki Dharmawan dan Frankie Raden; Seniman Jarwo Kuwat, Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifuddin; Anggota DPD RI, Alfiansyah ‘Komeng’, Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha; dan Sekretaris Jenderal Kebudayaan, Bambang Wibawarta.

Lalu, Inspektur Jenderal Kementerian Kebudayaan, Fryda Lucyana; Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, Ahmad Mahendra; Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Restu Gunawan; Staf Khusus Menteri Kebudayaan Bidang Media dan Komunikasi Publik, Muhammad Asrian Mirza; Staf Khusus Menteri Bidang Diplomasi Budaya dan Hubungan Internasional, Annisa Rengganis; dan jajaran Kementerian Kebudayaan.

Menutup sambutannya, Menbud Fadli Zon menyampaikan harapannya agar acara tersebut menjadi jembatan antar generasi, karenanya perlu ada pendokumentasian melalui perekaman. “Dan kita berharap juga acara Harmony Zaman sebagai penyambung, sebagai bridge atau jembatan antar-generasi. Walaupun sekarang banyak kanal seperti Youtube, namun kita harapkan dapat ikut berkontribusi untuk mengapresiasi,” tutupnya.

Melalui “Harmoni Zaman”, Kementerian Kebudayaan mengajak seluruh kalangan, baik masyarakat umum, pelaku seni, maupun generasi muda untuk mengenal, dan mengapresiasi para musisi legendaris yang telah meletakkan fondasi kuat bagi kemajuan musik Indonesia.

Harmoni Zaman akan terus diselenggarakan dan menampilkan lebih banyak lagi musisi-musisi legendaris Indonesia. Karena karya besar tak lekang oleh waktu, dan legenda tetap hidup di setiap waktu.
 

(rilis/eye)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.