Kurs Rupiah Ambruk Hampir Sentuh Rp 16 Ribu di Tengah Kenaikan Inflasi Domestik

Mata uang rupiah/ilustrasi. (Foto: pixabay)

JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa (2/4/2024), dibuka melemah di tengah kenaikan inflasi domestik yang mengundang kekhawatiran pasar terhadap laju perekonomian dalam negeri. Pada awal perdagangan Selasa pagi, rupiah merosot 67 poin atau 0,42 persen menjadi Rp 15.962 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 15.895 per dolar AS.
 
"Data inflasi bulan Maret yoy terlihat kembali naik. Inflasi yang meninggi bisa menurunkan daya beli masyarakat. Ini bisa mengundang kekhawatiran pasar terhadap laju perekonomian dalam negeri," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra seperti dikutip dari Antara di Jakarta, Selasa (2/4/2024).
 
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi tahunan (year on year/yoy) pada Maret 2024 sebesar 3,05 persen atau terjadi peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 102,99 pada Maret 2023 menjadi 106,13 pada Maret 2024.
 
Ariston menjelaskan, kekhawatiran pasar juga ditambah dengan prospek inflasi tahun depan di mana Pajak Pertambahan Nilai (PPN) akan naik dari 11 persen menjadi 12 persen. Selain itu, pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh data PMI Manufaktur AS yang mengalami ekspansi.
 
"Rupiah masih berpotensi melemah terhadap dolar AS hari ini setelah data PMI Manufaktur AS versi ISM bulan Maret di luar dugaan menunjukkan ekspansi dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang menunjukkan kontraksi," ujar Ariston.
 
PMI Manufaktur AS pada Maret 2024 tercatat sebesar 50,3, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang sebesar 47,8. Terakhir kali PMI manufaktur AS versi ISM di level ekspansi adalah pada Oktober 2022.
 
Ariston menambahkan potensi pelemahan rupiah hari ini ke arah Rp 15.950 per dolar AS sampai dengan Rp 15.980 per dolar AS, dengan support di kisaran Rp 15.880 per dolar AS.

Adapun Bank Indonesia (BI) menganggap pelemahan rupiah dipengaruhi tingginya permintaan dolar AS karena masa repatriasi dividen dari dalam negeri. Kemudian, derasnya arus keluar modal asing dari pasar keuangan dlam negeri.

BI juga menilai rilis data inflasi Maret 2024 yang berada di atas ekspektasi pasar, ikut memberikan dampak. Kendati demikian, BI memastikan tetap berada di pasar untuk melakukan langkah-langkah stabilisasi.


(nnn)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.