Survei SMRC: Semakin Banyak Partai, Hanya PDIP dan Golkar yang Melekat di Kepala Masyarakat

Pendiri SMRC, Saiful Mujani. (foto: wikipedia)

JAKARTA -- Hasil temuan survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mengungkapkan, semakin banyak partai politik (parpol), membuat mayoritas masyarakat atau pemilih saat ini, semakin tidak tahu perbedaan sebagian besar parpol yang ada. Pendiri SMRC, Saiful Mujani menjelaskan, warga memilih parpol dengan asumsi partai tersebut menawarkan sesuatu yang cocok dengan kepentingan pemilih itu sendiri.

"Biasanya hal tersebut terkait dengan ide atau bisa disederhanakan dengan platform partai. Memilih partai karena partai tersebut memperjuangkan gagasan atau aspirasi tertentu. Ini yang disebut platform, tentang bagaimana pemilih melihat partai politik," kata Saiful dalam keterangannya, Kamis (24/11/2022).

Saiful memisalkan, seseorang memilih PKS karena memperjuangkan aspirasi tentang politik Indonesia yang memiliki warna Islam. Atau memilih Partai Golkar karena punya pengalaman panjang pro-pembangunan ekonomi.

Dalam survei yang dilakukan SMRC pada 5-13 November 2022, itu diteliti tentang seberapa dalam pengetahuan pemilih tentang parpol. Apakah publik memilih karena alasan platform atau tidak?

Untuk mengetahui hal tersebut, penelitian ini dimulai dengan pertanyaan apakah publik mengetahui partai politik yang bersaing dalam pemilu?

Saiful menyatakan harapannya publik mengetahui separuh dari partai yang ada di parlemen sehingga bisa membandingkan antara satu partai dengan partai yang lainnya. Dalam pertanyaan terbuka, publik diminta menyebutkan sebanyak-banyaknya nama partai yang diketahui atau pernah didengar.

"Hasilnya menunjukkan hanya PDIP dan Partai Golkar yang diketahui umumnya pemilih Indonesia. Yang mengaku tahu PDIP 75 persen dan Golkar 69 persen," jelas Saiful.

Sementara tujuh partai parlemen lainnya kurang disebut oleh mayoritas pemilih Indonesia. Hanya 47 persen yang menyebut Demokrat, Gerindra 45 persen, PAN 41 persen, PPP 40 persen, PKB 37 persen, Nasdem 34 persen, dan PKS 30 persen. Sementara partai-partai lain di bawah 20 persen.

“Hanya dua partai yang melekat di kepala masyarakat Indonesia, hanya PDIP dan Golkar. Untuk menyebut nama partai saja, kemampuan pemilih Indonesia sangat terbatas," kata Saiful.

Menurut Saiful, data ini menunjukkan bahwa elite politik tidak berhasil menjangkau pemilih. Pengetahuan publik tentang nama partai disebut sebagai hal yang paling sederhana.

"Jika nama partai saja tidak diketahui, maka akan sangat sulit untuk berharap publik juga tahu tentang platform partai politik," ujar Saiful menjelaskan. "Temuan ini menunjukkan secara umum parpol-parpol yang ada tidak memadai untuk menyatakan mewakili rakyat Indonesia."


(dpy)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.