Sukses Qatar, Geliat Islam, dan Piala Dunia yang Penuh Drama

Hery Sucipto. (foto: antaranews.com)

Oleh Hery Sucipto *)


Sejak digelar pada 20 November hingga 18 Desember 2022 sebanyak 64 laga Piala Dunia 2022 Qatar telah dituntaskan di sejumlah stadion megah nan mewah. Menjadi tuan rumah salah satu acara event olahraga terbesar di dunia, Qatar tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menyiarkan Islam. Negara yang mayoritas warganya memeluk Islam ini berusaha menghilangkan stigma-stigma negatif terkait agama yang dianut oleh miliaran orang di seluruh dunia.

Qatar sebagai negara Islam mampu mengejawantahkan nilai-nilai ajaran mulia yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Pada pembukaan Piala Dunia 2022 di Stadion Al Bayt, Al Khor, Qatar, Ahad (20/11/2022) malam WIB, diwarnai penampilan yang berbeda dibandingkan ajang empat tahunan sebelumnya. Aktor senior Hollywod, Morgan Freeman, tampil di upacara pembukaan Piala Dunia 2022.

Freeman berdialog dengan hafiz penyandang disabilitas bernama Ghanim Al Muftah, yang mendadak muncul. Ghanim adalah duta resmi Piala Dunia 2022 di Qatar.

Ghanim pun sempat menyinggung tentang persatuan dan keberagaman. Setelah itu, ia mengutip Surat Al Hujurat ayat 13. "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha mengetahui."

Tak hanya dalam acara seremoni nilai-nilai Islam ditunjukkan, Qatar juga dengan tegas melarang kampanye lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) dan minuman beralkohol di dalam stadion. Warganya pun menjadi tuan rumah yang baik dengan membagikan minuman dan makanan gratis kepada sejumlah fan negara peserta.

Isu soal LGBT memang sempat mengemuka jelang Piala Dunia 2022, bahkan skuad timnas Jerman sengaja 'melawan' tuan rumah lewat aksi tutup mulut sebagai bentuk dukungan kampanye LGBT jelang pertandingan melawan Jepang. Drama pun tersaji, Jepang membuat Jerman tak berkutik dan unggul 2-1 di akhir laga. Giliran para suporter Jepang yang kemudian meledek timnas Jerman dengan melakukan aksi serupa, aksi tutup mulut. Di kemudian hari, penganut Islam dan penentang LGBT bersorak setelah Jerman tersingkir dari fase grup.  

Dari sisi pertandingan, gelaran Piala Dunia kali ini memang amat menarik, penuh kejutan, dan drama yang menguras air mata. Bisa dilihat bagaimana tim non-unggulan seperti Saudi Arabia menang 2-1 atas Argentina yang kemudian menjadi juara di akhir turnamen. Jepang mengalahkan dua raksasa Eropa, Jerman dan Spanyol, dengan skor 2-1. Serta tentu saja fenomena tim Singa Atlas, Maroko, yang mampu melaju hingga semifinal, setelah menyingkirkan Spanyol dan Portugal di fase knock-out.

Maroko yang dikenal juga sebagai negara Islam mampu membuktikan diri bersaing dengan para raksasa sepak bola dunia. Negara Arab di wilayah Afrika Utara itu pun menjadi negara pertama dari Benua Afrika yang melaju hingga semifinal Piala Dunia. Meski akhirnya dikalahkan Prancis di semifinal, Maroko tetap akan dikenang sebagai kejutan terbesar di Piala Dunia 2022.

Maroko seakan juga menjadi penanda era salah satu pemain terbaik dunia asal Portugal, Cristiano Ronaldo, berakhir. Kehidupan seperti dua sisi mata uang. Ada yang kalah, ada yang menang. Ada yang menangis ada yang bahagia. Jika Ronaldo bisa dianggap gagal di Qatar, seteru abadinya, Lionel Messi, justru menuai prestasi yang amat diidam-idamkannya selama tampil dalam lima edisi Piala Dunia. Messi dan timnas Argentina mampu mengangkat trofi Piala Dunia 2022 usai menjalani laga final penuh drama kontra juara bertahan, Prancis.

Di hadapan 88.966 penonton yang memadati tribun Stadion Lusail, Messi bersama rekan-rekan Argentinanya melawan Prancis dengan menyajikan sebuah final luar biasa. Mungkin bisa dibilang salah satu final terbaik di gelaran Piala Dunia.

Argentina memperoleh trofi Piala Dunia ketiganya setelah kejar-kejaran gol melawan Prancis. Argentina bahkan sempat unggul 2-0 hingga pertengahan babak kedua. Lalu bermain imbang 2-2 selepas waktu normal, 3-3 setelah babak tambahan 2x15 menit, dan akhirnya menang 4-2 atas Prancis dalam drama adu penalti.

Drama Messi dan Argentina menjadi penutup yang indah gelaran Piala Dunia di Qatar. Awal menutup akhir. Argentina yang secara mengejutkan dikalahkan Arab Saudi 1-2 di laga perdana akhirnya justru menjadi juara.

 

Perhelatan ini pun telah menjadi catatan sejarah tersendiri bagi umat Islam, Timur Tengah, dan dunia secara umum bahwa Qatar yang kerap dipersepsikan negara kecil dan kurang sophisticated justru mampu membuktikan diri secara profesional dalam mengelola dan menggelar perhelatan sepak bola dunia terakbar lebih dahsyat dari siapapun dalam sejarah. Perhelatan ini juga telah menghancurleburkan persepsi yang telah lama terbangun secara salah mengenai Qatar, khususnya, dan dunia Islam umumnya. 


Jakarta, 19 Desember 2022


*) Direktur Eksekutif Moya Institute dan Penikmat Bola

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.