Pentingnya Tidur Berkualitas bagi Lansia untuk Cegah Demensia
![]() |
Pasangan lansia/ilustrasi. (Foto: Pixabay) |
JAKARTA -- Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2021 ada sebanyak 57 juta orang yang mengalami demensia dan 60-70 persen di antaranya merupakan pengidap Demensia Alzheimer.
Sementara di Indonesia, Kementerian Kesehatan pada 2023 menyebutkan angka prevalensi demensia alzheimer mencapai 27,9 persen secara nasional.
Dikenal sebagai penyakit degeneratif yang banyak dialami lansia, alzheimer adalah penyakit yang disebabkan oleh penurunan fungsi otak karena terjadinya penumpukan plak kekusutan serabut syaraf di otak akibat radikal bebas.
Beberapa faktor risiko yang menyebabkan terjadinya demensia alzheimer adalah riwayat pada keluarga, faktor genetik, dan gaya hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan bergadang, merokok, dan kebiasaan mengonsumsi alkohol.
Berkaca dari data-data tersebut maka penting bagi keluarga untuk bisa mendukung lansia menghindari faktor-faktor penyebab demensia alzheimer sehingga nantinya lansia tetap bisa mandiri dan aktif di masa tuanya.
Adapun dukungan itu dapat berupa menerapkan terapi tidur bagi lansia yang dikenal sebagai "sleep hygiene".
Dokter spesialis Kejiwaan dr. Tiur Sihombing, Sp.KJ.,Subsp.Ger(K) menyebutkan bahwa "sleep hygiene" atau kebiasaan untuk mendukung tidur yang berkualitas dapat menjadi salah satu cara yang diterapkan pada orang lanjut usia (lansia) agar tidak mengidap demensia alzheimer.
Menciptakan pola tidur melalui sleep hygiene bagi lansia dinilai dapat memberikan istirahat yang cukup dan menjaga fungsi otak sehingga dapat mengurangi satu faktor penyebab terjadinya demensia alzheimer terutama untuk mereka yang berusia di atas 60 tahun.
"Dalam hal tidur itu bisa diubah untuk mencegah (alzheimer), karena lansia pola tidurnya suka terbalik-balik. Karena memang lansia itu tidurnya sebentar-sebentar tapi akhirnya membuat kesulitan tidur di malam hari. Maka dari itu perlu dipastikan sleep hygiene-nya agar tercipta pola tidur yang tepat," kata dokter Tiur dalam webinar yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan dalam memperingati Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) Tahun 2025 yang diikuti, Selasa (27/5/2005).
Adapun dalam penjelasannya, dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) itu menyebutkan bahwa sleep hygiene dapat diciptakan oleh orang yang merawat lansia atau caregiver dengan memastikan kebersihan kamar tempat lansia tidur.
Caregiver juga perlu memastikan suhu ruangan tempat tidur berada dalam kondisi yang tepat yakni tidak terlalu panas maupun tidak terlalu dingin.
Apabila memungkinkan saat lansia tidur pastikan ruangan kamar berada dalam kondisi gelap, namun apabila dirasakan sulit untuk mobilitas di malam hari maka kamar tidur bisa dilengkapi dengan lampu tidur berukuran kecil.
Dengan kondisi kamar yang gelap atau lampu yang dimatikan maka nantinya hormon melatonin yang ada di dalam tubuh bisa keluar dan hal itu menginduksi tidur yang nyenyak. Tapi jika ternyata lansia takut gelap, takut jatuh saat di kamar, itu bisa pakai lampu tidur yang kecil," kata dokter Tiur.
Ia juga menegaskan sebagai bagian dari sleep hygiene ada baiknya lansia hanya boleh masuk ke kamar tidur ketika benar-benar akan beristirahat untuk tidur dan tidak melakukan aktivitas lainnya seperti menonton TV atau memainkan HP, dengan demikian istirahat yang berkualitas melalui tidur bisa dicapai oleh lansia.
(ant/dkd)
Post a Comment