Perubahan Itu Sebuah Keniscayaan!


Shamsi Ali. (foto: eramuslim.com)
 

Oleh Shamsi Ali *)

Segala sesuatu di alam semesta ini mengalami pergerakan (harokah) dan karenanya pasti mengalami perubahan (taghyiir). Yang konstan (tidak berubah) secara abadi hanya Dia yang mengendalikan pergerakan dan perubahan itu; Sang Pencipta alam semesta (Rabb al-alamin).

Realita ini menjadi bagian dari karakter alami semua yang tercipta (makhluk). Bahkan pada semua yang terikat oleh ruang dan waktu mengalami perubahan itu: “Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, dan pada pergantian malam dan siang, ada tanda-tanda (kebesaran Allah)
bagi mereka yang berakal” (Al-Imran: 190).

Perubahan yang merupakan bagian dari sunnatullah (hukum/aturan Allah) dalam penciptaan-Nya ini menjadikan semua makhluk harus sadar sekaligus antisipatif pada pergerakan dan perubahan itu. Serta berusaha dengan penuh kesadaran untuk bergerak mengiringi dan mengawal setiap langkah perubahan yang terjadi.

Kegagalan mengantisipasi atau sikap pembangkangan kepada pergerakan perubahan hidup menjadikan makhluk (baca manusia) hanya akan menjadi korban (victims) dari perubahan yang pasti terjadi. Dan perubahan yang tidak diantisipasi (atau tidak disadari) justru berpotensi hadir dengan wajah yang menyeramkan.

Bangsa-bangsa yang telanjur berada pada zona nyamannya seringkali terbuai dan lupa untuk mengantisipasi dan menyambut perubahan itu. Pada akhirnya bangsa-bangsa itu terpaksa (atau dipaksa) untuk berubah. Perubahan yang dipaksakan, sekali lagi, akan hadir dengan wajah yang menyeramkan.

Contoh terdekat dari itu adalah situasi Timur Tengah. Terlepas dari perlakuan buruk bangsa lain (baca Amerika Serikat dan sekutunya) yang memporakporandakan negara-negara itu, dari Irak, Suriah, Libya, dan negara-negara lainnya. Namun kehancuran itu juga karena kegagalan mereka mengantisipasi pergerakan dan perubahan dunia. Situasi ini tidak menutup kemungkinan juga akan menimpa negara-negara kawasan lainnya, walau mungkin dalam bentuk yang berbeda.

Poin yang ingin saya sampaikan adalah bahwa dunia mengalami perubahan konstan (terus menerus), di mana tidak ada satu bangsa mana pun yang terkecualikan dari karakter alam ini. Dan karenanya semua bangsa di dunia harus mengantisipasi dan siap melakukan perubahan-perubahan yang mungkin saja terasa pahit bagi sebagian.

Terlebih lagi dalam konteks dunia yang didominasi oleh kemajuan teknologi, khususnya di bidang informasi dan media. Perubahan itu terasa semakin cepat dan mengubah segala lini kehidupan manusia. Perubahan itu juga begitu cepat dan secara dahsyat berdampak pada karakter manusia, baik secara individu maupun kolektif.

Manusia yang tidak sadar perubahan pada umumnya terperangkap dalam dua kemungkinan. Terperangkap oleh zona nyaman yang terpolesi oleh kepentingan tertentu. Atau sebaliknya justru ingin kembali ke masa lalu. Runyamnya lagi, terkadang masa lalu itu adalah masa lalu kelam yang berulang kali.

Karenanya gerakan perubahan itu harus hadir untuk mendobrak zona nyaman yang tidak memberikan kenyamanan kepada orang banyak. Sekaligus hadir untuk menggantikan masa lalu yang gagal. Kegagalan demi kegagalan yang dialami oleh bangsa-bangsa dunia dalam sejarahnya seharusnya menjadi pendorong untuk merangkul gerakan perubahan itu.

Sepakat?

NYC Subway, Amerika Serikat, 30 Januari 2023


*) Presiden Nusantara Foundation

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.