Ini yang Dikhawatirkan Saat Starlink Resmi Masuk ke Indonesia

Starlink masuk Indonesia. (Foto: dignited.com)

JAKARTA -- Starlink dipastikan masuk di Indonesia dalam waktu dekat. Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengatakan, uji coba perdana akan dilakukan di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

Selanjutnya, Starlink akan beroperasi secara nasional dengan metode ritel langsung ke pelanggan. Starlink memegang dua izin di RI, yakni untuk VSAT dan penyedia internet.

Laman resmi Starlink Indonesia pun sudah mengudara. Harga langganan beserta cara pemesanannya sudah dipaparkan dalam situs itu.

Hal ini memicu komentar dari operator seluler, Chief Corporate Affairs XL Axiata Marwan O Baasir. Ia mengaku belum mendengar soal izin operasional Starlink di Indonesia. Namun, ia justru sudah melihat soal iklan yang keluar dan memampang harga langganan Starlink Rp 750 ribu per bulan.

"Tergantung Starlink mau mengikuti perundangan yang berlaku atau tidak. Kalau ngikutin nih, IP nya IP lokal, pemerintah ngeluarin izinnya dong. Kan belum keluar sekarang, ini iklannya sudah keluar yang harganya Rp 750 ribu," kata Marwan, dikutip dari CNBC, Sabtu (6/4/2024).

Lebih lanjut, Marwan berharap agar operasional Starlink di Indonesia mengikuti perundang-undangan yang berlaku. Ia meminta agar iklim kompetisi dengan pemain lokal tetap terjaga dengan sehat.

Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Muhammad Arif mengatakan, pihaknya mengkhawatirkan beberapa hal usai Starlink, anak usaha SpaceX perusahaan penjelajahan antariksa yang didirikan oleh salah satu orang terkaya di dunia, Elon Musk, resmi masuk ke Indonesia.

Menurut Arif, teknologi yang digunakan oleh Starlink adalah penggunaan satelit Low Earth Orbit (LEO) yang dekat dari permukaan bumi (biasanya berada pada ketinggian 500 hingga 1.200 km dari permukaan bumi). Teknologi ini dalam industri internet biasanya meng-cover daerah-daerah yang belum bisa dijangkau fiber optik atau daerah 3T.

“Yang menjadi concern adalah Starlink mungkin akan sedikit bersinggungan dengan anggota APJII yang berada di wilayah pinggiran yang bermain di area rural. Seperti daerah Timur Indonesia, Kalimantan, bukan di perkotaan,” kata Arif seperti dikutip dari Kontan, Jumat (5/4/2024).

Arif menambahkan, jika sesuai dengan apa yang tercantum, untuk harga layanan Starlink cukup masuk akal. Namun dari sisi biaya perangkat keras, menurutnya, cukup tinggi.

Dari sisi teknologi, lanjut Arif, pemakaian satelit dalam industri internet bukanlah hal baru. Di Indonesia sudah banyak provider yang menggunakan satelit untuk mendukung bisnis internetnya, namun perbedaannya masih pada jarak satelit dengan permukaan bumi.

“Kalau dibilang perbedaannya, pada jenis teknologinya ya. Karena mereka kan pakainya satelit LEO. Sama-sama satelit tapi beda teknologinya, kalau yang LEO ini jarak dengan bumi lebih pendek, jadi latensi atau kualitasnya bisa lebih cepat dibanding satelit yang konvensional atau Geostasioner Earth Orbit (GEO) yang jauh dari bumi,” jelas Arif.

Selain satelit, teknologi populer lainnya adalah penggunaan fiber optik. Namun Arif mengakui bahwa mengingat geografi di Indonesia yang bermacam ragam, tidak semua wilayah dapat dijangkau oleh fiber optik.

(nnn)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.