Jogja ‘cen’ Istimewa (11): Jamal dan Pesona Akronim

Anif Punto Utomo.

Oleh Anif Punto Utomo *)

Adidas. Siapapun pasti paham, itu merek segala sesuatu yang berkaitan dengan olah raga. Kata itu kini juga popular di seputaran elite politik nasional. Bukan karena menjadi pilihan pakaian olahraga para elite, tetapi karena menjadi singkatan yang menyangkut nama salah satu orang berpengaruh di negeri ini.

Dalam perbincangan politik nasional, Adidas menjadi singkatan atau akronim dari ‘anak didik Dasco’. Siapa tak kenal Sufmi Dasco. Ketua Harian Partai Gerindra yang menjadi Wakil Ketua DPR RI itu kini konon menjadi bulldozer politik Presiden RI Prabowo Subianto. Adidas tak sendirian, dia ditemani Kabinda (kawan binaan Dasco) dan Kapolda (kawan politik Dasco).

Cerita tentang akronim Dasco itu hanya sebagai pembuka saja. Di tulisan ini tidak akan membahas politik, tidak pula membahas peran Dasco dalam memakcomblangi pertemuan Megawati-Prabowo. Kita bicara saja tentang akronim, dan tentu saja akronim yang terkait Yogyakarta.

Akronim digunakan untuk kepraktisan dalam pengucapan. Pada 1980-an masih jarang akronim yang beredar di Jogja. Kalau bisa disebut paling ada bangjo, kepanjangan dari abang dan ijo (merah dan hijau). Penggunaan kata bangjo ini untuk menggantikan istilah pertigaan atau perempatan yang ada lampu lalu-litasnya. Ada Muhi untuk menyebut SMA Muhammadiyah 1.

Bagi mereka yang zaman itu ‘dolane adoh, kopine kenthel, turune mbengi’ tentu akrab dengan Sarkem yang dikenal karena ‘sesuatunya’. Sarkem singkatan dari Pasar Kembang, sebuah jalan yang berada di selatan Stasiun Tugu. Kemudian ada Monjali singkatan dari Monumen Jogja Kembali. Di seputaran Keraton ada Jokteng (Pojok Beteng). Ada juga Bonbin untuk menyebut Kebon Binatang Gembiro Loka.

Nah mulai tahun 2000-an muncul singkatan-singkatan baru yang tak kalah eksotik, unik, dan menggelitik. Sebagaimana sebelumnya, akronim tersebut banyak yang mewakili penamaan tempat seperti jalan ataupun wilayah di Jogja. 

Untuk nama jalan, tentu pernah dengar Jakal, itu kepanjangan dari Jalan Kaliurang. Berjejer dengan Jakal ada Japal (Jalan Palagan) dan Jamal (Jalan Magelang). Di sisi barat Jogja ada Jago (Jalan Godean). Di sisi selatan ada Japar (Jalan Parangtritis) dan Jaim (Jalan Imogiri). Di sisi timur Jawon atau Jalan Wonosari. Di dalam kota ada Tamsis (Taman Siswa). Opst, ada juga Janda, singkatan dari Jalan Damai yang ada di Jakal Km9.

Begitu pula nama tempat. Di kawasan Keraton ada Alkid (Alun-Alun kidul) yang kini menjadi lokasi wisata, jogging, dan kulineran. Ada juga Altar, Alun-Alun Utara, tapi sekarang pesona Altar memudar setelah dipagari dan kelihatan gersang lantaran rumput diganti pasir. Di kawasan wisata ada Paris, atau Pantai Parangtritis.

Berikutnya ada Concat (Condong Catur), sebuah desa di Sleman. Di desa ini pada 1979 dibangun Perumahan Perumnas terbesar di Jogja, di dalamnya termasuk perumahan untuk dosen-dosen UGM. Concat ini bagian dari kawasan yang terkenal dengan sebutan SCBD (Seturan, Concat, Babarsari, Depok), kawasan yang disesaki kafe, restoran, dan pusat keramaian. 

Kemudian ada Wonsa. Bukan Wonosobo, tapi tapi Wonosari, ibu kota Kabupaten Gunung Kidul. Nah yang terlihat keren adalah Westprog. Rupanya singkatan dari West Progo, west berasal dari bahasa Inggris artinya barat (kulon). Jadi Wesprog tak lain adalah Kulon Progo.

Bagaimana akronim-akronim tersebut tercipta, tidak ada yang ‘ngeh’. Biasanya berawal dari perbincangan di warung kopi, di pos ronda, atau di tempat-tempat nongkrong lain. Satu akronim secara tak sengaja muncul dari situ. Kemudian beredar dari mulut-ke mulut, dan akhirnya tiba-tiba saja sudah terkenal.

Jika kita tengok ke belakang, ternyata banyaknya akronim tersebut memiliki akar sejarah berkembangnya akronim di Jogja. Tiga wilayah di Jogja berasal dari akronim. Yogyakarta merupakan akronim, Bantul merupakan akronim, begitu pula Sleman. 

Mengutip jogjaprov.go.id, Yogyakarta berasal dari tiga kata atau kependekan dari kalimat ‘Yogya yang kerta’, artinya Yogya yang makmur, sama dengan Ngayogyakarta Hadiningrat berarti Yogya yang makmur dan yang paling utama. 

Versi lain menurut sejarawan Peter Carey dari Inggris dalam buku Asal-Usul Nama Yogyakarta dan Malioboro (2015), nama Ngayogyakarta kemungkinan berasal dari Kata Ayodhyâ dalam bahasa Sansekerta. Ayodhyâ menurutnya merupakan ibu kota Kerajaan Kosala yang diperintah oleh Rama dalam epos Ramayana.

Bagaimana Bantul? Menurut Arsiparis Ahli Muda Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Bantul, Lintang Karmayoga, yang dikutip detik.com, dalam Babad Mangir dikisahkan Ki Ageng Mangir melakukan perjalanan menuju Kotagede. Dalam perjalanan, sasrahan yang dibawa para emban dengan cara dipikul, terlihat bergerak mentul-mentul. Sehingga daerahnya kemudian dinamakan Bantul (emban mentul-mentul).

Sleman lain lagi. Sleman merupakan kependekan dari Saliman. 

Ada dua versi mengenai Saliman. Versi pertama Saliman berasal dari kata ‘liman’ yang artinya gajah. Nama Saliman muncul dengan ditemukannya patung gajah beserta dua anaknya di tempat yang kini menjadi Lapangan Denggung. Patung gajah tersebut dipercaya sebagai simbol tunggangan Sultan Hadiwijaya, pemimpin Kesultanan Pajang. 

Versi kedua menurut KRT. Manu J. Widyaseputra, filolog Jawa Kuna dan Sansekerta dari FIB UGM seperti dikutip kumparan.com, Saliman adalah kata yang merujuk pada pohon randu alas (bombax ceiba), bukan gajah. Makanya sampai sekarang banyak pohon randu alas tua, dari utara sana sampai ke selatan seperti di Imogiri.

Mengapa ada banyak singkatan di Jogja? Mungkin karena sifat orang Jogja yang sederhana, suka kepraktisan, dan jago membuat plesetan. Hebatnya, akronim itu justru lebih dikenal, keterkenalannya sampai menenggelamkan kalimat aslinya.

Akronim telah menjadi bagian dari budaya Jogja. Suatu bentuk kreativitas masyarakat yang tak pernah berhenti menciptakan hal baru dan unik. Jangan-jangan Jogja memang memiliki DNA (deoxyribonucleic acid) akronim sehingga setiap zaman melahirkan akronim baru yang menambah pesona terhadap Jogja. 


*) Jurnalis Senior, Peneliti Moya Institute
   

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.