Masa Depan Geopolitik Antariksa: Mengapa Space Summit Penting bagi Negara Berkembang

Space Summit 2026 di Singapura.
Oleh Chappy Hakim *)
Saya baru saja menerima undangan untuk bulan Februari 2026 mendatang yang mana Singapura akan menjadi tuan rumah sebuah Space Summit internasional. Pertemuan ini mempertemukan para pemimpin, peneliti, regulator, dan pelaku industri antariksa dari berbagai belahan dunia.
Forum ini diharapkan menjadi wahana strategis untuk membahas arah perkembangan program luar angkasa global, khususnya dalam konteks kolaborasi lintas negara yang semakin dibutuhkan. Di tengah dinamika geopolitik dan perlombaan teknologi yang kian intens, kehadiran forum semacam ini menjadi momentum penting bagi negara-negara yang tengah merumuskan agenda kedaulatan ruang angkasa.
Summit tersebut mengusung semangat untuk memperkuat ekosistem luar angkasa melalui sinergi antara negara maju dan negara berkembang, serta menghubungkan emerging space nations agar mampu berpartisipasi dalam ekonomi orbit yang semakin bernilai tinggi.
Dalam beberapa tahun terakhir, satelit kecil, remote sensing, dan internet berbasis ruang angkasa telah menjadi bagian integral pembangunan nasional dan manajemen sumber daya. Karena itu, konferensi ini tidak hanya relevan bagi negara yang telah memiliki program roket atau stasiun bumi, tetapi juga bagi negara yang sedang membangun kapasitas keantariksaan dari hulu ke hilir.
Lebih jauh, Space Summit di Singapura akan membuka diskusi mengenai standar regulasi, keamanan ruang angkasa, transfer teknologi, dan potensi kemitraan jangka panjang. Negara berkembang memiliki kesempatan untuk memetakan posisi strategisnya, menghindari ketergantungan teknologi yang berlebihan, sekaligus mengkaji peluang penetrasi pasar antariksa global.
Dengan demikian, forum ini menjadi panggung penting untuk memahami bagaimana kolaborasi lintas batas dapat mendorong inovasi, keberlanjutan, dan pertumbuhan inklusif dalam lanskap keantariksaan masa depan.
Ketika bangsa-bangsa berlomba meraih supremasi teknologi, arena kompetisi kini tidak lagi terbatas pada laut, darat, dan udara. Ruang angkasa telah berkembang menjadi domain strategis baru yang menentukan peradaban modern. Satelit navigasi, cuaca, telekomunikasi, penginderaan jauh, hingga mitigasi bencana semua terhubung dengan infrastruktur orbit. Dalam konteks inilah konferensi internasional bertema cross-border partnerships dalam program luar angkasa menjadi sangat relevan, terutama bagi negara berkembang.
Summit tersebut menawarkan sebuah paradigma baru, antariksa bukan lagi monopoli negara adidaya. Kolaborasi global membuka kesempatan bagi negara berkembang untuk mengakses teknologi, berbagi data satelit, dan membangun kapasitas sumber daya manusia. Namun, lebih dari itu, konferensi ini juga menggambarkan realitas geopolitik: bahwa ruang angkasa sedang menjadi ruang kompetisi diplomasi, ekonomi, dan keamanan.
Melampaui Diplomasi Formal
Kemitraan ruang angkasa tidak dapat dipahami hanya sebagai kerja sama simbolik. Ia menciptakan efek berantai terhadap inovasi dalam kecerdasan buatan, energi, transportasi, hingga pertanian cerdas.
Negara yang terlambat masuk dalam ekosistem ini akan terjebak dalam ketergantungan teknologi, selayaknya ketergantungan pada industri migas era abad ke-20. Data satelit menjadi “minyak baru” abad ke-21. Data ini menentukan kemampuan mengelola pangan, memetakan wilayah, mengawasi pergerakan kapal dan pesawat, serta meningkatkan efisiensi pengelolaan sumber daya alam.
Konferensi seperti space summit mampu menjadi katalis bagi terciptanya ekosistem kolaboratif yang berkelanjutan terutama bagi negara yang belum memiliki industri roket, stasiun bumi, dan jaringan satelit mandiri. Tanpa partisipasi aktif, negara berkembang terancam hanya menjadi users pasif di tengah ekonomi angkasa bernilai triliunan dolar.
Manfaat Ekonomi dan Pembangunan Berkelanjutan
Saat ini, sektor ekonomi ruang angkasa global diproyeksikan mencapai lebih dari USD 1 triliun pada 2040. Ekosistem ini mencakup manufaktur satelit kecil, layanan peluncuran komersial, observasi bumi untuk mitigasi bencana, hingga space-based internet.
Negara berkembang dapat memanfaatkannya untuk:
• Pemetaan potensi perikanan dan pertanian
• Manajemen bencana dan perubahan iklim
• Konektivitas digital pulau terpencil
• Efisiensi rantai pasokan logistik
• Pemantauan wilayah udara dan laut yang jauh di luar jangkauan radar konvensional
Kolaborasi lintas negara memungkinkan transfer teknologi dengan biaya lebih terjangkau dan mempercepat proses adopsi industri.
Dimensi Kedaulatan dan Keamanan Nasional
Tidak dapat dimungkiri, ruang angkasa juga memiliki dimensi pertahanan. Sistem navigasi satelit, pemetaan strategis, hingga early warning, merupakan fondasi bagi national security.
Negara tanpa infrastruktur orbit akan bergantung pada satelit asing, yang dalam situasi krisis dapat menjadi sumber kerentanan. Space summit berperan penting menciptakan norm regulatory framework yang adil, mencegah weaponization of space, dan mengedepankan prinsip penggunaan damai.
Negara berkembang perlu hadir untuk memastikan aturan internasional tidak berat sebelah atau menguntungkan hegemoni tertentu.
Kesempatan Bersejarah bagi Indonesia
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki modal geografis dan demografis untuk menjadi future space nation. Teknologi pemetaan orbit dapat membantu mengawasi wilayah laut yang luas, meningkatkan keamanan udara, serta mendukung cita-cita kedaulatan digital.
Namun, peluang hanya menjadi kenyataan bila ada visi jangka panjang lintas pemerintahan. Industri antariksa memerlukan pendanaan besar, riset bertahun-tahun, dan konsistensi kebijakan. Space summit adalah ruang belajar, menjalin jejaring, dan memetakan rencana strategis jangka menengah.
Mengakhiri Jurang Teknologi
Pada akhirnya, konferensi semacam ini mendorong inklusi global. Negara berkembang tidak boleh hanya menjadi penonton di pinggir orbit. Dengan membangun kemitraan:
• Transfer teknologi dapat dipercepat,
• Standar keadilan dapat dinegosiasikan,
• Ekosistem inovasi lokal dapat tumbuh.
Ruang angkasa adalah domain masa depan. Kolaborasi akan menentukan siapa yang memimpin dan siapa yang tertinggal. Space summit menawarkan bukan sekadar panggung diskusi, tetapi jendela masa depan.
Siapa yang hadir hari ini, akan menentukan posisinya di masa depan ekonomi antariksa. Negara yang absen, akan menyadari terlalu terlambat bahwa batas wilayah, kedaulatan, dan kemajuan ekonomi kini juga ditentukan dari langit, bahkan jauh di atasnya.
Itulah semua yang menjelaskan tentang Mengapa Space Summit Penting bagi Negara Berkembang.
Sayangnya adalah Indonesia sudah tidak memiliki lagi National Space Agency, setelah LAPAN (Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional) secara tragis dibubarkan beberapa tahun yang lalu. Itu sebab panitia penyelenggara Space Summit 2026 tampak kebingungan siapa yang akan di undang mewakili Indonesia (sebagai lembaga resmi pemerintah) dalam pertemuan ini.
Indonesia memang kerap membingungkan kawan dan lawan.
Jakarta, 29 Oktober 2025
*) Pusat Studi Air Power Indonesia

Post a Comment