Mengawetkan Musim Durian: Inovasi Selai Durian Fungsional dari LPPM Unsoed untuk Pemberdayaan UMKM Banyumas

Prospek pengembangan selai durian fungsional sangat cerah. Produk ini berpotensi menjadi ikon oleh-oleh khas Banyumas karena aroma duriannya yang khas dan keunikan teksturnya. (Foto: Istimewa)

JAKARTA -- Setiap musim panen durian tiba, warga Banyumas, Jawa Tengah, merayakan kelimpahan buah lokal yang harum dan menggugah selera. Namun di balik suasana meriah itu, tersimpan persoalan klasik yang terus berulang: banyaknya durian yang tidak terserap pasar, terutama buah dengan mutu non-premium yang sulit dijual sebagai durian segar. 

Paradoks ini semakin kontras ketika musim berganti, durian mendadak langka dan harganya melambung tinggi. Ketimpangan antara kelimpahan sesaat dan kelangkaan berikutnya inilah yang mendorong perlunya solusi inovatif agar potensi durian tidak hanya bernilai di satu musim, tetapi mampu memberikan manfaat ekonomi sepanjang tahun.

Banyumas, khususnya Kecamatan Cilongok, merupakan salah satu sentra durian unggulan di Jawa Tengah. Komoditas ini menjadi tumpuan ekonomi banyak petani dan pelaku UMKM pengolah durian. Sayangnya, tidak semua buah durian yang dipanen memiliki kualitas prima. 

Durian yang terlalu masak, berukuran kecil, atau mengalami kerusakan kulit sering tidak memperoleh harga yang layak. Dalam puncak panen, jumlahnya bahkan dapat mencapai puluhan hingga ratusan kilogram per hari. Padahal secara rasa dan kandungan gizi, buah tersebut masih sangat baik untuk diolah. Tanpa inovasi yang tepat, potensi ini berisiko terbuang sebagai limbah pangan.

Di sinilah pentingnya strategi diversifikasi produk durian. Diversifikasi bukan sekadar upaya memperpanjang umur simpan buah, tetapi mekanisme untuk menjaga stabilitas nilai ekonomi komoditas musiman. 

Dodol, es krim, puree, pancake, dan minuman durian memang telah lama diproduksi UMKM. Namun kebutuhan pasar yang semakin dinamis mendorong lahirnya inovasi baru yang bukan hanya enak, tetapi juga memiliki nilai fungsional lebih tinggi dan daya saing lebih kuat. 

Dalam konteks ini, peran perguruan tinggi amat strategis, menghadirkan teknologi pangan berbasis riset yang membumi dan berpihak pada pemberdayaan UMKM.

Dr. Santi Dwi Astuti, STP., M.Si., Koordinator Pusat Inovasi dan Hilirisasi LPPM Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, menyampaikan, di tahun 2025, melalui program Pengabdian kepada Masyarakat Berbasis Riset, dikenalkan inovasi baru: selai durian fungsional. Produk ini dirancang sebagai solusi atas tantangan musiman durian sekaligus sebagai model penguatan ekonomi lokal. 

Prospek pengembangan selai durian fungsional sangat cerah. Produk ini berpotensi menjadi ikon oleh-oleh khas Banyumas karena aroma duriannya yang khas dan keunikan teksturnya. (Foto: Istimewa)


Selai durian ini berbeda dari selai buah pada umumnya. Formula yang dikembangkan mengombinasikan durian dengan kolang-kaling, bahan pangan lokal kaya galactomannan, serat pangan, dan mineral. Kombinasi ini menghasilkan selai yang lembut, mudah dioles, bernilai gizi tinggi, bermanfaat bagi kesehatan, dan memiliki karakter rasa khas durian yang kuat.

Lebih dari sekadar inovasi rasa, produk ini menunjukkan penerimaan pasar yang sangat baik. Dalam uji penerimaan terhadap 100 responden, seluruh responden menyatakan suka dan bersedia membeli selai durian fungsional apabila tersedia di pasaran. 

Fakta tersebut menunjukkan bahwa inovasi berbasis riset tidak hanya berhasil secara teknis, tetapi juga layak secara komersial dan mampu menjawab selera konsumen. Temuan ini menjadi modal kuat bagi UMKM untuk mengembangkan produk ini sebagai unggulan baru Banyumas.

Prospek pengembangan selai durian fungsional sangat cerah. Produk ini berpotensi menjadi ikon oleh-oleh khas Banyumas karena aroma duriannya yang khas dan keunikan teksturnya. (Foto: Istimewa)


Prospek pengembangan selai durian fungsional sangat cerah. Produk ini berpotensi menjadi ikon oleh-oleh khas Banyumas karena aroma duriannya yang khas dan keunikan teksturnya. Selai durian juga memiliki daya simpan panjang sehingga memungkinkan distribusi ke luar daerah tanpa risiko penurunan mutu. 

Dari sisi pemasaran, produk stabil seperti selai dapat menembus jaringan toko oleh-oleh, ritel modern, e-commerce, hingga industri bakery dan dessert. Yang lebih penting, inovasi ini menyerap durian non-premium sehingga mengurangi pemborosan pangan dan meningkatkan pendapatan petani. Dengan demikian, selai durian menjadi jembatan yang menghubungkan petani, UMKM, dan konsumen dalam satu rantai nilai yang berkelanjutan.

Santi menambahkan, di tahun 2025 ini, selai durian masih dalam tahap pengenalan kepada masyarakat. Namun pada awal 2026, produk ini direncanakan mulai diproduksi massal bersama UMKM mitra UD Cahaya Bulan, yang telah mendapatkan pendampingan teknologi, manajemen produksi, dan strategi pemasaran untuk siap naik kelas. Kolaborasi ini diharapkan dapat menjadi model replikasi inovasi daerah berbasis potensi lokal yang melibatkan perguruan tinggi, UMKM, dan masyarakat.

Prospek pengembangan selai durian fungsional sangat cerah. Produk ini berpotensi menjadi ikon oleh-oleh khas Banyumas karena aroma duriannya yang khas dan keunikan teksturnya. (Foto: Istimewa)

Dampak inovasi selai durian sangat luas. Bagi peneliti, inovasi ini menjadi bukti hilirisasi riset yang nyata. Bagi perguruan tinggi, ia memperkuat posisi sebagai pusat inovasi pangan lokal. Bagi UMKM, produk ini menambah varian, meningkatkan daya saing, dan membuka peluang pasar baru. Bagi masyarakat sentra durian, inovasi ini meningkatkan serapan hasil panen dan mendorong terbentuknya lapangan kerja baru.

Selai durian fungsional membuktikan bahwa masalah musiman dapat diubah menjadi peluang berkelanjutan melalui riset, inovasi, dan kolaborasi. Ketika perguruan tinggi, petani, UMKM, dan masyarakat bergerak dalam visi yang sama, komoditas lokal seperti durian tidak lagi terikat musim. Ia menjadi sumber nilai tambah, keberlanjutan, dan kebanggaan daerah. Banyumas kini tidak hanya menjaga warisan rasa, tetapi juga sedang menapaki jalan menuju kemandirian ekonomi lokal berbasis inovasi.

(end)






Posting Komentar untuk "Mengawetkan Musim Durian: Inovasi Selai Durian Fungsional dari LPPM Unsoed untuk Pemberdayaan UMKM Banyumas"