Sambut Lebaran, Falcon dan Starvision Luncurkan Film Buya Hamka di Bioskop

Film Buya Hamka. (foto: instagram/@laudiachyntiabella)

JAKARTA -- Film terbaru produksi Falcon Pictures dan Starvision bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan mengangkat biografi sosok Buya Hamka. Film Buya Hamka besutan sutradara Fajar Bustomi rencananya akan tayang untuk umum pada 20 April 2023 mendatang atau bersamaan dengan perayaan Lebaran (Idul Fitri 1444 H).
 
Wakil Presiden (Wapres) RI Ma'ruf Amin mengungkapkan, Buya Hamka adalah seorang tokoh ulama yang patut untuk teladani dan memiliki keahlian yang lengkap.

"Saya kira (Buya Hamka), seorang tokoh yang patut kita jadikan teladan, baik sebagai tokoh ulama maupun sebagai seorang pejuang bangsa, juga sebagai sastrawan yang banyak menulis buku-buku roman," kata Ma'ruf, seperti dikutip dari Antara, Jumat (24/3/2023).

Wapres RI ini mengapresiasi jalan cerita film tersebut serta para pemain yang dinilainya dapat memerankan karakter masing-masing tokoh dengan sangat baik. "Menurut saya jalan cerita dan juga pemain-pemainnya sangat bagus, bisa menggambarkan dan memberikan inspirasi bagi kita semua."

Dalam keterangan persnya, Ma'ruf juga mengungkapkan pembuatan film Buya Hamka ini berlangsung saat dirinya masih menjadi Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI). "Pembicaraan-pembicaraan tentang pembuatan film ini, ketika itu saya (masih) menjadi Ketua Umum MUI dan sering berdiskusi tentang rencana pembuatan film ini pada tahun 2015," kenangnya.

Wapres RI ini mengimbau kepada masyarakat, khususnya bagi generasi muda untuk menonton film Buya Hamka yang menurutnya sangat menarik dan inspiratif. "Tontonlah, bagaimana seorang Hamka sejak muda berjuang untuk agama, bangsa, dan negara," jelasnya.

Produser film Buya Hamka yakni Chand Parwez Servia dalam paparannya menyebutkan, ia sangat mengagumi sosok Buya Hamka sebagai seorang kiai dan sastrawan nasionalis. Sehingga, ketika ditawari membuat film Buya Hamka, ia tidak berpikir panjang dan langsung menerimanya.

Menurut Parwez, proses pembuatan film Buya Hamka sangat panjang karena selain ingin menyajikan film yang sempurna juga terhalang pandemi Covid-19. "Kita menyadari bahwa kisah ini harus disajikan dengan sempurna," ujarnya.

Parwez menyampaikan agar alur filnnya tuntas, maka film Buya Hamka akan dibuat dalam tiga bagian. Ia berharap film Buya Hamka akan banyak bermanfaat dan memiliki pesan dakwah yang sangat kuat untuk disampaikan.


Mengulik Film Buya Hamka

Film Buya Hamka merupakan film biografi yang diangkat dari kisah nyata seorang tokoh ulama sekaligus Pahlawan Nasional Indonesia bernama Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka).

Dalam film ini, aktor Vino G Bastian memerankan tokoh utama sebagai Buya Hamka, serta didukung oleh beberapa aktris dan aktor ternama lainnya, seperti Laudia Chyntia Bella, Donny Damara, Anjasmara, Ayu Laksmi, dan Dessy Ratnasari.

Film Buya Hamka bagian pertama bercerita tentang fase kehidupan Buya Hamka setelah menikah. Film ini secara tajam menyoroti bagaimana Buya Hamka, sebagai ulama Muhammadiyah, menyampaikan dakwah secara santun namun dengan karakter yang tegas dan kuat.

Dikisahkan pula, selain menjadi seorang ulama dan tokoh pemikir terkemuka, Buya Hamka juga aktif sebagai sastrawan yang produktif.

Adapun karya sastranya yang terkenal di antaranya novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk dan Di Bawah Naungan Ka'bah, sedangkan beberapa buku dakwah yang ditulisnya seperti tafsir Al Azhar, Tasawuf Modern, dan Falsafah Hidup.

Selain itu, dalam film ini jelas tergambar bahwa Buya Hamka juga merupakan seorang pejuang kemerdekaan yang gigih melawan penjajah Belanda dan Jepang, khususnya melalui pidato pengobar semangat perjuangan dan dalam tulisan-tulisannya.



Tiga Volume

Film akan terbagi dalam tiga volume dan trailer untuk setiap bagiannya sudah dirilis lewat kanal Youtube resmi Falcon Pictures.

Sinema menceritakan kisah hidup Buya Hamka, atau Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Buya Hamka adalah seorang pahlawan nasional, ulama, sastrawan, wartawan, dan politikus. Kiprahnya dalam berdakwah diakui umat Islam di Indonesia maupun ulama-ulama di dunia.

Cuplikan film yang berdurasi lima menit 43 detik menggabungkan trailer dari tiga bagian film. Pada volume pertama film Buya Hamka, tersaji periode ketika Buya Hamka menjadi pengurus Muhammadiyah di Makassar hingga organisasi itu mengalami kemajuan pesat.

Hamka juga mulai menulis sastra koran dan pembaca amat menyukai cerita romannya. Bersama keluarganya, Hamka pindah ke Medan setelah diangkat menjadi pemimpin redaksi majalah Pedoman Masyarakat. Posisi itu membuat Hamka berbenturan dengan kepentingan penjajah Jepang hingga medianya harus ditutup karena dianggap berbahaya.

Kehidupan keluarga Hamka terguncang ketika salah satu anaknya meninggal karena sakit. Usaha-usaha Hamka untuk melakukan pendekatan pada pihak Jepang malah dianggap sebagai penjilat dan dimusuhi sehingga Hamka diminta untuk mundur dari jabatannya sebagai pengurus Muhammadiyah.

Sementara, volume kedua film menceritakan perjuangan Hamka setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Kala itu, Indonesia masih dibayangi ancaman agresi kedua dari tentara sekutu. Hamka berkeliling ke seluruh pelosok Medan untuk mengabarkan mengenai pentingnya persatuan antara masyarakat, tokoh agama, dan militer Indonesia.

Upaya tersebut malah membuat Hamka kena tembak. Untungnya, Hamka selamat. Ia akhirnya pindah ke Jakarta dan mendirikan Al-Azhar. Namun, Hamka difitnah terlibat dalam usaha pemberontakan pada Soekarno. Ia ditangkap dan disiksa untuk menandatangani surat pengakuan. Hamka bertahan dan mendapatkan hikmahnya membuat kitab yang paling berpengaruh dalam pendidikan Islam, Tafsir Al-Azhar.

Pada bagian ketiga dari film, penonton diajak mengikuti masa kecil Hamka hingga tumbuh besar di Maninjau, Sumatera Barat. Sejak kecil Hamka sudah menunjukkan minat yang besar terhadap tradisi dan sastra, bahkan dianggap mengabaikan pendidikannya di pesantren.

Itu membuat ayah Hamka, Haji Rasul, tidak senang. Pertikaian Hamka dengan ayahnya semakin meruncing ketika sang ibunda memilih untuk bercerai dengan ayahnya. Lantas, Hamka memutuskan untuk pergi belajar ke Mekkah dan naik haji dengan usahanya sendiri.

(dpy)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.