Jangan Sia-Siakan 10 Hari Terakhir Ramadhan

Buya Anwar Abbas. (foto: muhammadiyah.or.id)

Oleh Buya Anwar Abbas *)

Bulan Ramadhan telah memasuki 10 hari terakhir yang dinanti-nantikan seluruh umat Muslim di pengujung bulan suci ini. Pada hari-hari terakhir, banyak Muslim yang semakin giat memperbanyak amal ibadahnya, bukan hanya shalat malam, tetapi juga membaca Alquran, dzikir, dan beritikaf di masjid.

Apa sebenarnya yang mereka cari? Yaitu malam Lailatul Qodar sehingga dengan telah mengisi malam-malam tersebut dengan baik, mudah-mudahan mereka bertemu dengan malam Lailatul Qadar sehingga mereka tentu tidak akan menyesal karena telah banyak baribadah dan berbuat baik di malam tersebut.

Kalaupun mereka tidak bertemu dengan malam Lailatul Qadr di sepuluh hari terakhir karena mungkin malam Lailatul Qadarnya sudah turun sebelumnya, diharapkan agar mereka tidak terlalu bersedih. Dengan memperbanyak ibadah-ibadah di 10 hari terakhir Ramadhan, artinya Muslim tersebut telah mengikuti apa yang biasa dilakukan oleh Rasulullah SAW.

Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dikatakan bahwa Aisyah RA berkata:

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ يَجْتَهِدُ فِيْ العَشْرِ الأَوَاخِرِ مَالاَ يَجْتَهِدُ فِيْ غَيْرِهِ

Artinya: “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersungguh-sungguh dalam sepuluh hari akhir bulan Ramadhan, hal yang tidak beliau lakukan pada bulan lainnya.” (HR Muslim).

Dari hadis tersebut, dapat dipetik pelajaran bahwa kita hendaknya dalam 10 hari terakhir ini, baik siang ataupun malam, benar-benar bisa memanfaatkan waktu tersebut dengan sebaik-baiknya. Tidak hanya dengan ibadah shalat dan berpuasa tapi juga dengan membayar zakat mal dan zakat fithrah, serta memperbanyak infak dan sedekah serta amal-amal kebaikan lainnya.

Sehingga diharapkan kita tidak hanya mampu membangun hubungan baik kita dengan Allah SWT saja, tapi juga dengan sesama, bahkan diharapkan agar kita juga bisa melakukan hal-hal penting lainnya bagi terciptanya lingkungan sosial dan lingkungan alam yang baik.

Ini sangat penting dilakukan karena kalau lingkungan alam dan lingkungan manusia di mana kita hidup dan tinggal baik, tentu kita akan bisa hidup sehat, aman,tentram, damai dan bahagia.

Kebahagiaan itu tentu saja tidak hanya akan kita peroleh di dunia ini saja, tapi juga akan bisa kita tuai di akhirat kelak, asalkan kita dalam melakukannya ikhlas karena Allah bukan karena motivasi lainnya.

Rabu, 12 April 2023.



*) Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Ketua PP Muhammadiyah


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.