Sejumlah Negara Ramai-Ramai Kutuk Aksi Pembakaran Al-Quran di Swedia

Protes Islamophobia/ilustrasi. (foto: pixabay)

JAKARTA --- Para pemimpin negara dan pejabat dari perwakilan pemerintah sejumlah negara, termasuk di Timur Tengah, Asia, dan Amerika, mengutuk penodaan Al-Quran yang dilakukan oleh seorang pria di Stockholm, Swedia, dalam sebuah protes yang diizinkan oleh polisi negara tersebut.

Aktivis, Salwan Momika, seorang warga Irak berusia 37 tahun yang mengungsi ke Swedia beberapa tahun yang lalu, merobek-robek dan membakar halaman-halaman kitab suci umat Islam tersebut pada Kamis (29/6/2023) ketika umat Islam merayakan Hari Raya Idul Adha.

Dikutip dari AlJazeerah, Sabtu (1/7/2023), pemerintah negara-negara itu mengeluarkan pernyataan keras dan memanggil duta besar Swedia di negara masing-masing. Aksi Salwan di depan Masjid Raya Sodermalm, Stockholm, Swedia, tersebut memicu kecaman internasional.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam Swedia atas insiden tersebut. Ia menyatakan bahwa Ankara tidak akan pernah tunduk pada kebijakan yang bersifat provokasi atau ancaman.

Kementerian Luar Negeri Maroko juga memanggil duta besar Swedia di Rabat dan menyatakan kecaman keras terhadap tindakan yang tidak dapat diterima.

Amerika Serikat mengutuk pembakaran tersebut, namun menambahkan bahwa pemberian izin demonstrasi tersebut mendukung kebebasan berekspresi.

Kementerian Luar Negeri Iran memanggil duta besar Swedia di Teheran. Iran mengutuk aksi itu sebagai penghinaan terhadap kesucian Islam yang paling suci. Kementerian Luar Negeri Arab Saudi juga mengutuk pembakaran tersebut.

Kementerian Luar Negeri Mesir juga menyuarakan keprihatinannya terhadap "insiden berulang" pembakaran Al-Quran di Eropa.

Adapun Irak memanggil duta besar Swedia untuk Irak dan menyebut tindakan itu "rasis" serta "tidak bertanggung jawab". Irak pun mengutuk tindakan pembakaran salinan Al-Quran yang berulang-ulang oleh individu dengan pikiran ekstremis dan terganggu.

Pemerintah Yordania memanggil duta besar Swedia di Amman dan memberitahukan protes keras dari negara tersebut, Kementerian Luar Negeri dan Ekspatriat Yordania mengatakan dalam sebuah pernyataan, mengutuk tindakan tersebut dan menyebutnya sebagai "rasis" dan "hasutan".

Kementerian Luar Negeri Kuwait mengatakan bahwa pembakaran tersebut merupakan langkah berbahaya dan provokatif yang mengobarkan perasaan umat Islam di seluruh dunia.

Pemerintah Yaman menganggap insiden tersebut sebagai insiden yang sengaja memprovokasi perasaan umat Islam di seluruh dunia pada acara-acara suci Islam oleh gerakan ekstremis yang penuh kebencian.

Pemerintah Suriah juga mengutuk tindakan memalukan pada salah satu hari tersuci bagi umat Islam oleh seorang ekstremis dengan izin dan persetujuan Pemerintah Swedia.

Kementerian Luar Negeri Palestina menyebut penodaan tersebut sebagai serangan mencolok terhadap hak asasi manusia, nilai-nilai toleransi, penerimaan orang lain, demokrasi, dan hidup berdampingan secara damai di antara para pemeluk semua agama.

Sementara Uni Emirat Arab pun memanggil duta besar Swedia pada untuk memprotes aksi pembakaran tersebut.

Indonesia juga telah melayangkan protes atas pembakaran Al-Quran saat Hari Raya Idul Adha pada Kamis (29/6/2023). Kementerian Luar Negeri Indonesia bersama negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Swedia telah menyampaikan protes atas kejadian tersebut.

Wakil Ketua MPR Republik Indonesia (RI), Hidayat Nur Wahid, pun mengecam otoritas Swedia yang membolehkan penyobekan dan pembakaran kitab suci Al-Quran. Ia menilai, otoritas Swedia membiarkan penistaan dan pelaku intoleran berupa penyobekan dan pembakaran kitab suci Al-Quran pada Rabu (28/6/2023). Ironisnya, aksi tak terpuji itu bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha yang dirayakan umat Islam.


(dvr)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.