Potensi Pulau Habe di Ujung Timur Indonesia yang Sayang Terlewatkan

Pulau Habe adalah sebuah pulau tak berpenghuni yang terletak di Kampung Wambi, Distrik Okaba, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan. (Foto: Humas BNPP RI)

 

Oleh Siti Metrianda Akuan, Deri, dan Sujarwoto *)

Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki 17.504 pulau yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Di antara ribuan pulau tersebut, sebanyak 111 di antaranya ditetapkan sebagai Pulau-Pulau Kecil Terluar (PPKT) melalui Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2017.

Dari jumlah itu, 42 pulau berstatus berpenduduk, sementara 69 lainnya tidak berpenghuni. Salah satu pulau kecil terluar yang menarik perhatian adalah Pulau Habe, sebuah pulau tak berpenghuni yang terletak di Kampung Wambi, Distrik Okaba, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan.

Pulau Habe memiliki luas sekitar 7 hektare dan berada di tengah laut lepas. Keunikan pulau ini terletak pada keberadaan sebuah sumur air tawar alami yang kerap dimanfaatkan oleh para nelayan sebagai tempat singgah untuk beristirahat dan mengambil air minum.

Keberadaan sumber air tawar di tengah pulau tersebut menjadi daya tarik tersendiri yang jarang ditemukan di pulau-pulau kecil lainnya.

Tidak hanya menawarkan potensi ekologis, Pulau Habe juga memikat hati para pengunjung melalui pesona wisata religinya. Di tengah pulau berdiri megah sebuah patung Yesus Kristus Raja yang menjadi simbol spiritual sekaligus daya tarik wisata religi di kawasan perbatasan timur Indonesia.

Pemandangan alam yang memadukan laut biru jernih dan udara yang sejuk menambah kesan damai dan menenangkan. Bagi pecinta fotografi, siluet Patung Kristus Raja yang berpadu dengan cakrawala menjadi latar yang sempurna untuk diabadikan, menjadikan pulau ini sebagai destinasi yang sangat "instagramable".

Untuk mencapai Pulau Habe terdapat dua cara, yaitu jalur laut dan jalur darat. Jika melalui jalur laut bisa menggunakan speedboat dari pelabuhan Yos Sudarso, Merauke, dengan waktu tempuh selama 4-5 jam.

Sementara itu, jalur darat memerlukan perjalanan lebih panjang dan menantang. Wisatawan harus menggunakan kendaraan roda dua melewati Kampung Urumb, menyeberang ke Kampung Kumbe menggunakan perahu tradisional (belang), lalu melanjutkan perjalanan darat ke Kali Bian. Dari sana, penyeberangan kembali dilakukan menuju Distrik Okaba, dilanjutkan ke Kampung Makalin, dan akhirnya menyeberang ke Pulau Habe.

Pada 8 April 2024, Patung Kristus Raja secara resmi diberkati dan diresmikan oleh Uskup Agung Keuskupan Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC, sebagai salah satu destinasi wisata religi di Kabupaten Merauke.

Sejumlah fasilitas pendukung juga telah dibangun, termasuk toilet umum, sarana pendukung lainnya, serta penanaman pohon kelapa dan berbagai tanaman lain sebagai upaya pelestarian lingkungan.

Dengan potensi alam dan spiritual yang dimiliki, Pulau Habe tidak hanya layak dikembangkan sebagai destinasi wisata religi, tetapi juga sebagai tujuan wisata bahari seperti snorkeling dan diving.

Pengembangan sektor pariwisata yang berkelanjutan di kawasan ini dapat memberikan manfaat strategis, baik dari sisi ekonomi masyarakat lokal maupun dari sisi penguatan pengawasan wilayah perbatasan dan peneguhan rasa nasionalisme di daerah terluar Indonesia.

Namun demikian, pengembangan Pulau Habe tidak lepas dari tantangan besar. Terbatasnya akses transportasi, panjangnya waktu tempuh, tingginya biaya perjalanan, serta minimnya konektivitas digital menjadi hambatan yang harus segera diatasi.

Perlu adanya sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta sektor swasta dalam membuka jalur transportasi reguler dan meningkatkan infrastruktur telekomunikasi di kawasan ini.

Dengan perencanaan dan kolaborasi yang tepat, Pulau Habe dapat menjadi contoh sukses pengelolaan pulau kecil terluar sebagai destinasi wisata yang berdaya saing dan bernilai strategis bagi Indonesia.

Pulau Habe tidak sekadar menjadi titik di peta wilayah terdepan Indonesia, tetapi telah tumbuh menjadi simbol dari perpaduan keindahan alam, kekayaan budaya, dan ketangguhan bangsa dalam menjaga kedaulatan. 

Melalui pengelolaan yang berkelanjutan dan kolaboratif, Pulau Habe dapat berpotensi menjadi wajah perbatasan yang membanggakan dan jendela pariwisata Indonesia di kawasan timur.


*) Tim dari BNPP RI

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.