UIN SGD Gelar Kuliah Umum, Bahas Dakwah Rahmatan Lil Alamin di Era Digital
BANDUNG — Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung mengadakan kuliah umum bertajuk “Dakwah Rahmatan Lil Alamin di Era Disrupsi Digital.” Kegiatan ini digelar di Aula Utara Gedung Pascasarjana lantai 4 dan menjadi kolaborasi antara Program Studi Magister Bimbingan Konseling Islam (BKI) dan Magister Komunikasi Penyiaran Islam (KPI).
Acara ini dihadiri oleh 184 peserta yang berasal dari berbagai program studi, antara lain 100 mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Humas, 23 mahasiswa Magister BKI, dan 61 mahasiswa Magister KPI. Antusiasme peserta menunjukkan besarnya minat akademisi terhadap penguatan konsep dakwah di tengah perkembangan teknologi digital yang kian pesat.
Direktur Pascasarjana UIN SGD Bandung, Prof. Dr. KH. Dindin Solahudin, M.A., CHRA., dalam sambutannya menegaskan bahwa BKI dan KPI memiliki akar epistemologis yang sama, yakni ilmu dakwah.
“Kita ingin menegaskan bahwa pangkal kita semua adalah ilmu dakwah. BKI dan KPI itu basisnya ilmu dakwah. Maka kita semua harus memahami hakikat ini,” ujar Prof. Dindin membuka acara.
Ia menambahkan, era disrupsi digital menuntut akademisi memahami dakwah secara menyeluruh supaya bisa merespon perubahan sosial, budaya, dan teknologi dengan efektif. Dakwah kini tidak hanya berbentuk ceramah lisan, melainkan juga meliputi komunikasi publik, konseling, serta strategi penyiaran dan media digital.
Sementara itu Ketua Prodi Magister Komunikasi Penyiaran Islam, Dr. Hj. Lilis Satriah, M.Pd., Dalam sambutannya menyampaikan kuliah umum ini sebagai momentum untuk mempertegas dakwah sebagai induk keilmuan yang menopang BKI dan KPI.
“Kegiatan ini penting karena dakwah bukan hanya ceramah, tetapi juga komunikasi, bimbingan, penyiaran, dan pendidikan yang semuanya bertemu dalam satu payung besar: dakwah rahmatan lil alamin,” ujarnya.
Dua narasumber utama hadir dalam acara tersebut, yakni Dr. Hj. Nasichah Asy’ari, M.A. dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Dr. H. Syukriadi Sambas, M.Si, pakar Ilmu Dakwah dari UIN SGD Bandung. Keduanya memaparkan konsep transformasi dakwah di era digital tanpa mengesampingkan prinsip dasar keislaman.
Dalam paparannya, Dr. Nasichah menegaskan pentingnya dakwah rahmatan lil alamin sebagai dakwah penuh kasih sayang, adaptif, dan humanis. Ia menguraikan sepuluh prinsip utama dakwah universal, seperti dakwah berbasis kasih sayang, menjaga martabat manusia, menyampaikan dengan hikmah, serta mengajak tanpa paksaan.
Menurut Dr. Nasichah, disrupsi digital membawa perubahan sistemik yang menggeser paradigma lama menuju sistem baru yang inovatif. Oleh sebab itu, dai dan akademisi dakwah harus mampu beradaptasi memanfaatkan teknologi tanpa menghilangkan nilai kemanusiaan dan spiritualitas.
Sementara itu, Dr. Syukriadi membahas dakwah dari perspektif filosofis dan spiritual. Ia menegaskan pentingnya hubungan dai dengan ilham rahmani, suatu sinyal kebaikan yang membimbing manusia menuju kebenaran. Dalam konteks pendidikan dakwah, ia menyoroti perlunya integrasi spiritualitas dalam kurikulum Magister BKI.
Ia juga menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah kitab sekaligus gerakan dakwah yang menjadi sumber utama dalam segala proses dakwah. “Meski konteks sosial berubah, prinsip-prinsip dakwah yang bersumber dari Al-Qur’an tidak boleh diabaikan,” ujarnya.
Acara diakhiri dengan sesi tanya jawab interaktif. Mahasiswa dari berbagai program studi aktif mengajukan pertanyaan seputar tantangan dakwah digital, etika bermedia, serta peran generasi muda dalam membangun dakwah moderat di dunia maya.
Para peserta berharap kuliah umum ini dapat diselenggarakan secara rutin untuk memperkuat pemahaman keilmuan dakwah dan memperluas peran kampus dalam menghadirkan dakwah yang relevan dan ramah di era digital.
![]() | |
|






Post a Comment