Polemik Bandara IMIP Morowali dan TKA China, Luhut Pasang Badan

Bandara Khusus PT IMIP di Morowali juga menjadi polemik usai disebut beroperasi tanpa petugas dari negara. (Foto: Bandara Morowali)

JAKARTA -- Pengakuan mengejutkan diungkap mantan karyawan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Morowali, Sulawesi Tengah. Dalam sebuah wawancara eksklusif di INews dipandu host Aiman Witjaksono, Rabu (3/12/2025), mantan karyawan ini menyebut pekerja asing, khususnya dari China, di PT IMIP jumlahnya ribuan.

Eks karyawan itu menyebutkan bahkan jumlahnya setara dengan masyakarat satu kecamatan di Morowali. Ia juga menyebutkan setiap akan ada sidak oleh pejabat, para TKA tersebut dengan cepat dievakuasi ke dalam hutan.

Eks karyawan itu juga mengungkap fakta mengejutkan mengenai gaji tukang sapu di kawasan industri PT IMIP, Morowali, Sulawesi Tengah, yang bukan Warga Negara Indonesia (WNI), melainkan Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China, mencapai Rp 18,7 juta. TKA China itu digaji dengan pembayaran dua kali dalam satu bulan.

Sorotan publik pun kembali tertuju pada isu TKA China setelah beredar kabar mengejutkan dari kawasan industri Morowali, Sulawesi Tengah.

Di tengah ramainya isu tersebut, publik juga menunggu kejelasan resmi dari pihak perusahaan maupun pemerintah terkait kebenaran kabar yang viral.

Bandara Khusus PT IMIP di Morowali juga menjadi polemik usai disebut beroperasi tanpa petugas dari negara. Hal itu disebut oleh Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH) yang mendampingi Menteri Pertahanan (Menhan) RI Sjafrie Sjamsoeddin dalam kunjungan di Bandara IMIP. Satgas PKH menyebut Bandara IMIP beroperasi tanpa adanya otoritas negara.

Keberadaan Bandara IMIP Morowali ini juga diungkapkan langsung oleh Satgas PKH dalam akun Instagramnya. "Ternyata di Indonesia ada bandara yang tanpa ada otoritas negara. Bandara itu ada di kawasan industri Morowali atau PT IMIP. Tanpa adanya pihak keamanan, tanpa adanya pihak bea cukai, dan tanpa adanya pihak imigrasi," demikian pernyataan Satgas PKH dalam unggahan di akun Instagramnya @satgaspkhofficial, dikutip Rabu (2/12/2025).

Di sisi lain, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan membuka suara terkait sejarah pembangunan bandara yang berada di kawasan PT IMIP, Morowali, Sulawesi Tengah.

“Sebagai mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, saya bertanggung jawab atas perencanaan dan pengembangan investasi nasional selama kurang lebih sebelas tahun,” ujar Luhut dalam keterangannya di Jakarta, Senin (1/12/2025).

Luhut mengungkapkan kala itu melihat perlunya perubahan besar agar Indonesia mendapatkan nilai tambah yang lebih baik dari sumber daya yang dimiliki Indonesia, termasuk gagasan soal hilirisasi, yang sudah ia pikirkan sejak menjabat di Kementerian Perindustrian dan Perdagangan pada tahun 2001.

“Salah satu tonggak awalnya adalah pembangunan kawasan industri Morowali yang dimulai pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan diresmikan pada era Presiden Joko Widodo. Dari situlah lahir pemikiran bahwa Indonesia tidak boleh terus mengekspor bahan mentah,” ujar Luhut.

Namun, Luhut mengakui mendatangkan investor asing bukanlah hal yang mudah. Setelah mempelajari kesiapan negara-negara dari segi investasi, pasar, dan teknologi, hanya Tiongkok (China) yang saat itu siap dan mampu memenuhi kebutuhan Indonesia. “Atas izin Presiden Joko Widodo, saya bertemu Perdana Menteri Li Qiang untuk menyampaikan permintaan Indonesia agar Tiongkok dapat berinvestasi dalam pengembangan industri hilirisasi,” katanya.

Luhut menyampaikan, hilirisasi nikel dimulai dari penghentian ekspor nickel ore yang sebelumnya hanya menghasilkan sekitar 1,2 miliar dolar AS per tahun. “Namun setelah melalui pembahasan mendalam, saya mengusulkan secara formal hilirisasi kepada Presiden Joko Widodo. Saya sampaikan bahwa dua hingga tiga tahun pertama akan berat, tetapi setelah itu manfaatnya akan terlihat jelas,” kilah dia.

Dalam waktu satu bulan, Tiongkok menyatakan siap bekerja sama. Dari situ, hilirisasi di Morowali mulai berjalan, dari nickel ore menuju produk bernilai tambah seperti stainless steel, precursor, dan cathode yang hari ini digunakan di berbagai industri global.

“Tentu dalam perjalanannya terdapat banyak tantangan. Tetapi setiap keputusan kami buat melalui proses yang terpadu, transparan, dengan perhitungan untung-rugi yang jelas, dan yang menjadi titik pijak utama saya adalah kepentingan nasional,” ujar Luhut. "Dalam setiap kerja sama investasi strategis, terdapat sejumlah ketentuan yang kami tetapkan dan sampaikan kepada Tiongkok untuk memastikan bahwa investasi tersebut membawa manfaat maksimal bagi Indonesia."

Ketentuan-ketentuan ini berlaku bagi seluruh mitra internasional, termasuk China, dan menjadi landasan dalam setiap proses negosiasi, seperti penggunaan teknologi terbaik, pemanfaatan tenaga kerja lokal, pembangunan industri terintegrasi dari hulu ke hilir, dan transfer teknologi serta capacity building.

Adapun soal bandara yang berada di kawasan PT IMIP, Morowali, Sulawesi Tengah, Luhut berkilah itu hanya untuk keperluan penerbangan domestik. “Bandara khusus diberikan hanya untuk melayani penerbangan domestik dan memang tidak memerlukan bea cukai atau imigrasi sesuai aturan perundang-undangan. Tidak pernah kami pada saat itu mengizinkan bandara di Morowali atau Weda Bay menjadi bandara internasional.” 

Terkait izin pembangunan lapangan terbang, Luhut mengatakan, keputusan itu diambil dalam rapat yang ia pimpin bersama sejumlah instansi terkait ketika masih menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.

Menurut Luhut, pembangunan bandara merupakan salah satu fasilitas kepada investor dari China yang nilainya mencapai lebih dari 20 miliar dolar AS, menyerap lebih dari 100 ribu tenaga kerja, dan memberikan dampak pertumbuhan ekonomi daerah secara signifikan sampai saat ini.

(berbagai sumber/end)

Posting Komentar untuk "Polemik Bandara IMIP Morowali dan TKA China, Luhut Pasang Badan"