Wacana Duet Prabowo-Jokowi, Analis Politik: Bentuk Keputusasaan tak Bisa Realisasikan 3 Periode
Duet Prabowo-Jokowi. (foto: tribunnews.com)
JAKARTA -- Analis politik sekaligus CEO & Founder Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, memandang wacana duet Prabowo Subianto-Joko Widodo (Jokowi) sah-sah saja di dalam iklim demokrasi. Namun, menurutnya, wacana duet Prabowo-Jokowi pada Pilpres 2024 merupakan bentuk “keputusasaan” dan ketidakberdayaan menyakinkan masyarakat untuk mendukung wacana Presiden RI Jokowi tiga periode.
"Munculnya wacana tersebut dalam rangka untuk 'testing the water' dan mencari alternatif model lain agar Presiden Jokowi tetap berkuasa, mungkin kaum oligarki yang sedang menikmati kue kekuasaan belum siap pesta mereka segera usai. Kemudian wacana ini menjadi santer pembicaraan ruang publik atau masyarakat, lalu melihat sejauh mana respons masyarakat dengan narasi duel maut tersebut," kata Pangi kepada wartawan, seperti dikutip dari Republika, Kamis (15/9/2022).
Pangi juga tak yakin Jokowi mau untuk digandeng menjadi wakil presiden Prabowo. Tawaran tersebut justru merendahkan wibawa dan martabat Jokowi yang pernah menjadi presiden dua periode.
"Masih jauh lebih tertarik Jokowi mungkin dengan ide tiga periode, faktanya Presiden Jokowi cenderung selama ini membiarkan wacana tersebut terus dipancarkan inner circle pendukung beliau, ditambah lagi Presiden Jokowi mengatakan, itu sah-sah saja karena bagian dari suara demokrasi," jelas Pangi.
Pangi juga menilai belum ada jaminan wacana duetkan Prabowo-Jokowi bakal berjalan mulus. Sebab ke depan jika approval rating terhadap Presiden Jokowi trendnya terus turun, maka citra elektabilitas Jokowi ada kemungkinan redup. Itu artinya tingkat kepuasan terhadap kinerja Presiden Jokowi terjadi fluktuasi dan dinamis.
"Ada kemungkinan figur Jokowi tidak lagi se-populer ketika maju pada Pemilu 2014 dan Pemilu 2019. Jangan lupa perilaku pemilih Indonesia itu juga akan kemungkinan jenuh, stagnan, mereka rindu figur-figur yang lebih seger populis, dan membawa harapan baru di dalam visi capresnya," tegas Pangi.
Pangi juga melihat ceruk segmen pemilih keduanya berbeda. Ia memandang tidak mudah menyatukan basis pendukung Jokowi dan Prabowo yang pernah terbelah pada Pilpres 2019 lalu.
Terakhir, Pangi tidak meyakini seorang pemimpin selamanya dicintai rakyat. Menurut dia, setiap tokoh dan figur ada masa habisnya.
(dpy)
Post a Comment