PDIP Belum Umumkan Capres 2024, Pengamat: Megawati Sedang Beri Kesempatan Puan Naikkan Elektabilitas

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri (kiri) dan putrinya, Puan Maharani. (foto: instagram/@puanmaharani)

JAKARTA -- Belum diumumkannya bakal calon presiden (capres) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) saat HUT ke-50 partai tersebut, mengindikasikan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri masih memberikan kesempatan kepada putrinya, Puan Maharani. Puan diharapkan dapat meningkatkan elektabilitas (tingkat ketertarikan) dan popularitas politiknya hingga Juni 2023 mendatang.

"Dalam pidatonya Megawati menyatakan akan ada pertemuan besar lagi pada Juni 2023. Di situlah kemungkinannya Megawati akan memberikan tiket bakal capres kepada Puan Maharani," ujar pengamat politik, Selamat Ginting, di Sekolah Pascasarjana Unas, Jakarta, Rabu (11/1/2023).

Apalagi, lanjut Selamat, pendaftaran bakal capres ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) baru bisa dilakukan pada November 2023 mendatang. Sehingga masih ada waktu sekitar sembilan bulan bagi Puan Maharani untuk dapat meningkatkan elektabilitas dan popularitas politiknya.

Menurut Selamat, Puan adalah putri mahkota yang dipersiapkan Megawati untuk meneruskan trah Soekarno bersama dengan putra mahkota Prananda Prabowo. Tipis kemungkinannya Megawati akan memberikan tiket bakal capres kepada Ganjar Pranowo walau elektabilitas dan popularitasnya cukup tinggi.

"Wajar dan logis jika Mega menyiapkan putri mahkota dan putra mahkota untuk bakal capres maupun meneruskan kepemimpinan di PDIP," ujar dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unas itu.

Apalagi, kata Selamat, Megawati sudah memimpin partainya selama 30 tahun. PDI dan PDIP merupakan reinkarnasi politik dari Partai Nasional Indonesia (PNI) yang digagas Soekarno pada 1947.

Selamat menjelaskan, setelah Megawati memimpin PDI dan PDIP selama 30 tahun, maka dalam waktu dekat mesti menyerahkan tongkat estafet kepemimpinannya kepada Puan Maharani dan Prananda Prabowo.

"Apalagi usia Megawati tahun ini sudah 76 tahun. Usia yang hampir sama saat Presiden Soeharto lengser dari kursi kepresidenan. Jangan lupa pula usia harapan hidup orang Indonesia saat ini sekitar 71-72 tahun. Jadi saatnya Megawati turun dari gelanggang politik," ucap Ketua bidang Politik, Pusat Studi Literasi Komunikasi Politik, Unas itu.

Megawati, kata Selamat, belajar dari kekurangan mantan Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto yang tidak menyiapkan putra dan putri mahkota. Megawati baru bisa tampil sebagai figur politik setelah sekitar 25 tahun ayahnya lengser dari kursi kepresidenan.

"Mungkin bagi Megawati inilah to be or not to be. Jadi atau tidak jadi, sekaranglah waktunya menaikkan Puan dan Prananda," papar Selamat yang lama menjadi wartawan bidang politik.

Selamat juga melihat saat perayaan HUT ke-50, Prananda ditempatkan duduknya berdampingan dengan Presiden RI Jokowi. Prananda juga menjadi semacam ketua penilai partai terhadap para kader PDIP untuk bakal capres 2024 mendatang.

"Dari sini saja sudah jelas, kunci PDIP ada di tangan Megawati, Puan, dan Prananda. Bukan pada Jokowi maupun Ganjar. Megawati juga sudah buat garis demarkasi, urusan penentuan capres ada pada dirinya secara mutlak," kata Selamat menutup analisis politiknya.

 

(dpy)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.