Mahathir Mohammad: Tak Lama Lagi Malaysia Bisa Seperti Singapura jika Perdana Menterinya Bukan Orang Melayu

Mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohammad. (foto: straits times)


KUALA LUMPUR -- Mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohammad mengatakan, orang Melayu bisa kehilangan pengaruh politik di negaranya sendiri seperti Singapura jika perdana menterinya bukan orang Melayu. Ia memprediksi Malaysia dapat menjadi seperti Singapura dalam dua pemilihan umum berikutnya.

"Sudah sejak lama orang Melayu kehilangan kendali ekonomi di Malaysia, kini mereka berisiko kehilangan pengaruh politik juga," kata Mahathir dalam dialog di Putrajaya bersama politisi lainnya, seperti dikutip Straits Times, Senin (6/3/2023).

Mahathir mengaitkan kemungkinan ini dengan klaim tanpa dasar pemerintah saat ini dapat mendefinisikan ulang batas-batas elektoral yang membatasi konstituen Melayu.

"Sampai batas tertentu, situasi ini akan mengubah pola pemerintahan yang ada di Pemilihan Umum Ke-16, dan situasinya akan semakin buruk di Pemilihan Umum ke-17," kata Mahathir merujuk dua pemilihan umum yang digelar dalam satu dekade ke depan. "Tak ada jaminan perdana menteri orang Melayu karena semua orang bisa menjadi perdana menteri, bahkan sekarang partai-partai Melayu di pemerintah tidak berkuasa dan mereka terpecah menjadi tiga partai."

Mahathir yakin bila tidak berhati-hati, dalam pemilihan berikutnya dan bila suara dibeli, maka Malaysia akan memilih orang yang tidak baik dan akan menggadaikan negara.

Dua pembicara lain di Program Mini Townhall Dialog Sepentas Perjuangan yang Hilang di Yayasan Kepimpinan Perdana, Putrajaya, itu adalah dua mantan menteri. Tan Sri Noh Omar yang dipecat dari Partai Umno pada Januari 2023 lalu dan Datuk Zuraida Kamaruddin yang kalah dalam pemilihan umum ke-15 tahun lalu.

Mahathir yang berusia 97 tahun kini aktif memperjuangkan hak-hak bumiputera atau orang Melayu di Malaysia. Ia mengatakan, tantangan utamanya adalah mempersatukan orang Melayu, partai-partainya, dan organisasi-organisasinya.

Beberapa orang menanggapi dengan sinis peringatan Mahathir tersebut. "Singapura memiliki internet yang lebih cepat, gaji yang lebih baik, transportasi umum yang lebih baik, aturan kepemilikan mobil yang lebih ketat, lalu mengapa kami tidak bisa seperti Singapura, Mahathir?" kata jurnalis Erna Mahyuni.

Mahathir juga mengatakan, persatuan Malaysia gagal membawa perubahan besar bagi rakyat. Menurutnya, PM Anwar Ibrahim tidak memberikan dampak bagi Malaysia di 100 hari pertamanya menjabat.

Deputi Perdana Menteri Malaysia Fadillah Yusof mengatakan, ia menghormati Mahathir sebagai perdana menteri terlama Malaysia. Tapi ia menyerukan persatuan antara berbagai partai politik Malaysia. "Saya menghormati beliau sebagai seseorang yang begitu banyak berkontribusi pada negara dan saya berharap ia terus membantu kami. Kini orang Malaysia membutuhkan kami untuk bersatu." 


(dpy)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.