Balai Pengajian Muhammadiyah di Aceh Dibakar, Kapolri Diminta Turun Tangan

Balai Pengajian Muhammadiyah di Aceh dibakar/ilustrasi. (foto: twitter/pixabay)

JAKARTA -- Direktur Eksekutif Moya Institute Hery Sucipto mengecam dan mengutuk tindakan orang tak dikenal (OTK) yang membakar Balai Pengajian Muhammadiyah di Gampong Sangso, Samalanga, Kabupaten Bireun, Provinsi Aceh, pada Selasa (30/5/2023) pukul 04.00 WIB. Ia menganggap tindakan tersebut penistaan kepada nilai-nilai agama dan merusak serta mengoyak kerukunan antarumat Islam dan antarumat beragama.

"Kejadian pembakaran terhadap Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) di Aceh sudah beberapa kali terjadi, namun tidak ada tindakan tegas dari aparat kepolisian sehingga para pelaku leluasa mengulangi perbuatan nistanya tersebut," ujar Hery kepada Gebrak.id, Jumat (2/6/2023).

Untuk itu, Hery meminta Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit turun tangan langsung menindak dan mengusut tuntas pembakaran tersebut. "Pembiaran tindakan pembakaran hanya akan mencederai martabat dan marwah kepolisian," jelas Hery yang juga alumnus Universitas Al Azhar Kairo Mesir.

Di tempat terpisah, aktivis HAM senior dan pendiri Setara Institute, Hendardi, menyebut pembakaran Balai Pengajian Muhammadiyah di Aceh jelas merobek dan melanggar nilai-nilai HAM terutama kebebasan untuk beribadah sesuai agama dan keyakinan masing-masing.

Hendardi pun meminta kepolisian serius mengusut tuntas kasus tersebut. Ia juga menilai pembakaran itu sebagai pertaruhan nama baik kepolisian. Ia berharap hal serupa tidak terjadi di masa mendatang.

Sementara, Ketua Pengurus Wilayah Muhamamdiyah (PWM) Aceh, A Malik Musa, mengimbau setiap pihak agar menahan diri dan jangan terpancing oleh provokator dalam kasus pembakaran tersebut. Sesama Muslim, lanjut dia, harus rela menerima perbedaan dan jangan saling bertentangan.

"Kita harus hati-hati dalam bersikap, terutama sesama Muslim dan harus rela menerima perbedaan dalam menjalankan ibadah. Jangan saling dipertentangkan karena masing-masing ada dasar pegangannya," ujar Malik.

Jika perbedaan yang ada dijadikan masalah, Malik khawatir akan masuk masuk provokator atau musuh Islam. Mereka memiliki tujuan mengadu domba sesama Islam dan akan bertepuk tangan jika hal ini sampai terjadi.

 

(dpy)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.