Rahmat Erwin, Manusia Setengah Mesin yang Mengangkat Dunia

Lifter Rahmat Erwin Abdullah. (Foto: Istimewa)
 

Oleh Rosadi Jamani *)

Tinggalkan sejenak soal ijazah Jokowi, tentara jaga kantor kejaksaan, Lisa Mariana vs RK, Megawati main di Eropa. Mari berkenalan dengan seorang anak bangsa, real generasi emas, bukan rebahan, dia adalah Rahmat Erwin Abdullah. Bisa dikatakan separuh tubuhnya mesin karena bisa mengangkat barbel 205 kg. Habis makan siang, minum kopi, dan baca narasi ini lebih nikmat, wak.

Begini ceritanya! Pada 11 Mei 2025, ketika sebagian manusia masih terjebak di kasur sambil scroll HP dengan mata setengah tertutup, seorang anak bangsa bernama Rahmat Erwin Abdullah sedang melakukan hal yang sedikit berbeda. Ia mengangkat besi 205 kilogram dan memecahkan rekor dunia untuk kedua kalinya. Bukan, ini bukan metafora. Ini fakta. Ini nyata. Ini epik.

Di Jiangshan, Tiongkok, tempat di mana oksigen terasa lebih ringan karena tekanan atmosfer prestasi terlalu berat, Rahmat turun tanding di kelas 73 kg putra. Tapi dia tidak sekadar tanding. Dia datang seperti Titan, dengan misi mengoyak papan rekor dunia dan menanam bendera Merah Putih di podium tertinggi sebanyak tiga kali: Snatch, Clean & Jerk, dan Total Angkatan. Semua dia sikat. Habis. Ludes. Musnah. Seolah-olah seluruh kompetitor lain hanya datang buat dokumentasi Instagram.

Pertama, di nomor Snatch, Rahmat hanya butuh dua angkatan sukses, dan itu cukup buat mengunci emas dengan angka 155 kg. Iya, 155 kilo. Itu setara gabungan berat tubuh kamu, mantan kamu, plus beban perasaan kamu pas ditinggal tanpa alasan. Tapi Rahmat angkat itu dengan mudah, nyaris seperti mengangkat koper kabin.

Lalu datanglah Clean & Jerk. Ajang pembuktian. Tempat di mana hanya lifter yang berdarah magma dan otot dari vibranium bisa bersinar. Di sinilah Rahmat menjadi Rahmat seutuhnya:

Angkatan pertama: 190 kg. Semua mata terbuka.
Angkatan kedua: 200 kg. Ruangan mulai hening.
Angkatan ketiga: 205 kg. Pecah. Meledak.

Rekor dunia miliknya sendiri yang sebelumnya 204 kg dari Tashkent 2024, dipatahkan seperti ranting kering di tangan Hulk. Penonton berdiri. Lawan-lawan pasrah. Juri ternganga. Bahkan barbel pun tampak ingin menyerah.

Total angkatan? 360 kg. Emas. Snatch? 155 kg. Emas. Clean & Jerk? 205 kg. Emas dan rekor dunia baru. Tiga emas. Satu rekor. Satu legenda.

Seolah prestasinya terlalu menyilaukan, kelas 73 kg ini akan segera dihapus oleh federasi angkat besi internasional. Bukan main. Mereka membelahnya jadi dua: 70 kg dan 79 kg. Konon, ini dilakukan agar tak ada lagi manusia yang terlalu dominan. Tapi kita tahu, ini mungkin juga cara halus dunia berkata, "Kita tak sanggup menghadapi Rahmat di 73 kg."

Tapi Rahmat bukan satu-satunya cahaya dari Indonesia. Juliana Klarisa juga mempersembahkan perunggu di kelas 55 kg putri, lewat angkatan Snatch 82 kg. Di balik keringat dan tangis para lifter, nama Indonesia berdiri kokoh, harum, berat, seberat barbel yang mereka angkat.

Kisah ini belum usai. Masih ada Rizki Juniansyah dan Indah Afriza yang akan bertanding, membawa harapan, beban, dan cita-cita satu bangsa di pundaknya. Tapi satu hal yang sudah pasti, Rahmat Erwin telah mencatatkan namanya di lembar sejarah, bukan dengan pena, tapi dengan barbel.

Di era penuh drama digital dan kecemasan eksistensial, Rahmat mengajarkan satu hal, kalau hidup berat, angkatlah. Jangan lari. Jangan ngeluh. Angkat. Seberat apa pun, asal punya niat, tenaga, dan cinta tanah air, semuanya bisa terangkat. Bahkan 205 kilogram pun bisa kalah oleh Rahmat.

Generasi emas? Lihatlah Rahmat. Dia bukan cuma lifter. Dia peringatan keras bagi dunia. Jangan remehkan anak bangsa. Kita bukan cuma kuat, kita luar biasa.

Tirulah semangat Rahmat yang membuat bangga negeri ini. Jangan sampai dimasukkan ke barak militer dulu, baru nyadar potensi diri sendiri. Negeri ini butuh prestasi untuk ditiru. Negeri ini tak butuh janji-janji ujungnya korupsi. Satu lagi negeri ini juga butuh kopi agar otak encer dan waras.

14 Mei 2025



*) Ketua Satupena Kalbar

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.