Pintu Gerbang yang Ramah bagi Warga Papua Nugini di PLBN Skouw
![]() |
Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw, Jayapura, Papua. (Foto: website djkn) |
JAYAPURA -- Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, merupakan pintu bagi warga negara tetangga Papua Nugini (PNG) berkunjung ke Indonesia. Pos ini juga gerbang bagi kegiatan ekspor-impor kedua negara.
Tak sedikit warga Papua Nugini yang sering masuk Indonesia lewat PLBN Skow, yang letaknya sekitar 51 km dari pusat kota Jayapura. Bagi warga PNG, petugas imigrasi dan Bea Cukai di pintu masuk itu selalu ramah.
“Saya sudah sering masuk ke wilayah RI untuk belanja melalui PLBN Skouw dan petugasnya ramah-ramah,” ujar Heris, warga PNG yang mengaku tinggal di Vanimo, sekitar 47 km dari Skouw, saat ditemui di Skow, akhir Juli 2025, dilansir dari antaranews.com.
Hari itu juga ada pasangan suami-istri Philip dan Rabecca Mawi beserta kedua anaknya. Mereka juga dari Vanimo, Provinsi Sandaun, PNG. Mereka terlihat antre bersama warga PNG lainnya di depan loket petugas imigrasi yang ada di PLBN Skouw.
Hari itu Selasa, yang merupakan hari pasar di Skouw. Mereka mengantre untuk masuk dan berbelanja ke Pasar Skouw, sekitar 500 meter dari gedung PLBN.
Dengan menggunakan bahasa Inggris-Fiji, pasutri itu mengaku tidak setiap hari pasar mereka berbelanja di Skouw. “Kami hanya berbelanja dua kali seminggu atau sebulan sekali, untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga,” kata Philip Mawi, yang bekerja sebagai tenaga kesehatan di PNG.
Dari tempat tinggalnya, kata Philip, mereka menggunakan angkutan umum yang beroperasi di Vanimo sekali jalan dan turun di terminal Wutung untuk melapor di Imigrasi PNG guna mendapat surat rekomendasi untuk melintas dan masuk ke wilayah RI.
Bagi yang belum memiliki paspor atau kartu pas lintas batas dapat menggunakan rekomendasi dari pihak Imigrasi PNG untuk masuk ke Indonesia. Surat tersebut digunakan satu kali kunjungan dan hanya dibatasi hingga ke Pasar Skouw.
Setelah proses keimigrasian dan pemeriksaan kepabeanan selesai di PLBN Skouw, pasutri asal Vanimo beserta anak dan warga PNG lainnya itu langsung menuju pasar dengan berjalan kaki untuk berbelanja.
Pasar Skouw yang berada di perbatasan RI-PNG dan masuk dalam Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, memang menjadi sasaran warga Papua Nugini yang ingin berbelanja berbagai kebutuhannya dengan harga yang relatif lebih murah.
Namun demikian, tidak setiap hari warga PNG dapat masuk dan berbelanja di pasar Skouw karena tidak semua rakyat negara itu memiliki paspor atau kartu pas lintas batas yang diberikan kepada mereka yang memiliki sanak keluarga di Kota Jayapura.
Khusus untuk hari pasar yaitu setiap Selasa, warga PNG diizinkan masuk ke wilayah RI hanya menggunakan dokumen berupa kertas manifes berisi nama-nama mereka yang hanya berlaku hingga ke kawasan pasar Skouw.
Setelah melaporkan kedatangannya di petugas imigrasi mereka harus melewati petugas bea cukai yang akan mengecek barang bawaannya dengan menggunakan peralatan x-ray. Setelah melalui serangkaian pemeriksaan kemudian warga PNG itu berjalan kaki menuju Pasar Skouw.
“Memang khusus hari pasar, Imigrasi PNG mengeluarkan dokumen bagi warganya yang tidak memiliki dokumen seperti paspor atau kartu pas lintas batas tetapi ingin berbelanja atau sekadar jalan-jalan di sekitar pasar,” kata Kepala PLBN Skouw Ni Luh Puspita.
Jika warga pemegang manifes itu kedapatan berada di Kota Jayapura, maka yang bersangkutan akan ditangkap dan diproses hukum. Ketika hari pasar, orang PNG yang masuk ke Skouw bisa mencapai 1.200 orang.
Saat melayani warga PNG yang ingin melintas melalui PLBN, beberapa petugas Imigrasi dan Bea Cukai menggunakan bahasa Inggris. “Bahkan ada yang sudah bisa menggunakan bahasa Inggris-Fiji yang menjadi bahasa sehari-hari warga PNG,” kata Ni Luh Puspita.
Menurut Ni Luh Puspita, dengan adanya petugas yang bisa mengerti dan berbahasa Inggris dengan dialeg Fiji, maka dapat mempermudah pelayanan di PLBN Skouw. Apalagi saat hari pasar ketika warga PNG banyak yang melintas untuk berbelanja dan mereka berasal dari berbagai wilayah Provinsi Sandaun yang umumnya berbicara bahasa Inggris Fiji.
Menurut Ni Luh Puspita, petugas di sana memang dilatih untuk menunjukkan sikap ramah dan melayani pelintas batas dengan ramah walau tetap harus tegas. Ini lantaran PLBN Skouw merupakan wajah Indonesia yang dilihat pertama kali oleh para pendatang dan tidak melulu merupakan warga PNG.
Lista, salah satu pedagang di Pasar Skouw mengakui bahwa penjual di pasar itu masih menerima mata uang kina karena pembeli yang berkebangsaan PNG jarang yang menggunakan rupiah.
Pedagang di Pasar Skouw segera menukarkan uang Kina ke rupiah di tempat penukaran uang setelah aktivasi di pasar selesai dilaksanakan.
“Kami penjual hanya mengikuti pembeli saja karena warga PNG masih enggan menukarkan uangnya ke rupiah sebelum berbelanja sehingga setelah selesai tutup pasar langsung menukar ke tempat pertukaran uang yang ada di pasar dari kina ke rupiah,” ungkap Lastri.
Menanggapi hal itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Papua Faturachman mengakui, aktivitas jual beli di Pasar Skouw masih banyak yang gunakan kina. Pihak BI terus melakukan sosialisasi dan mengajak para pedagang di Pasar Skouw untuk ‘cinta rupiah’ agar mereka dapat melakukan transaksi menggunakan rupiah.
Selain sikap ramah dan ketegasan yang diperlihatkan petugas imigrasi di Skouw sebagai wajah Indonesia, pemakaian rupiah tentu juga penting ditekankan sebagai penguatan jati diri negara.
(antara)
Post a Comment