Menghitung Mundur

Muhamad Rubiul Yatim. (Foto: Dok.Pribadi)

 

Oleh Muhamad Rubiul Yatim *)

Sejatinya, setiap berlalu satu hari dari diri kita, maka berkuranglah jatah umur hidup kita di dunia ini. Mengapa demikian? Oleh karena sesungguhnya manusia itu hakikatnya adalah kumpulan dari hari-hari. 

Ilustrasinya adalah apabila kita ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla diberi jatah usia sebanyak 60 tahun, maka itu berarti umur kita sama dengan 60 tahun dikali 365 hari yaitu sebanyak 21.900 hari. Demikian pula apabila jatah usia kita sebanyak 20 tahun, maka itu berarti umur kita adalah 7.300 hari atau jika jatah usia kita 85 tahun, maka berarti umur kita adalah 31.025 hari. 

Jadi setiap kali terjadi pergantian malam dengan siang, maka berkuranglah jatah umur hidup kita satu hari. Itu bermakna hilang dan lenyap pula sebagian dari diri kita di alam dunia ini. Satu hari berlalu, maka berlalu pula bagian hidup kita di dunia dan tak akan pernah kembali. 

Sungguh tepat Ulama besar Imam Hasan Al-Basri rahimahullah, yang menyatakan: 

ابن آدم إنما أنت أيام كلما ذهب يوم ذهب بعضك

Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu.”

Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa saat ini setiap manusia sedang menghitung mundur menuju kematian dirinya masing-masing. Menunggu detik-detik perpisahan dengan kehidupan dunia yang sementara di mana kita hidup di atasnya.

Kita semua perlahan namun pasti sedang berjalan menuju alam barzakh atau alam kubur yaitu tempat penantian sementara sebelum datangnya kiamat kubro. Alam yang di dalamnya setiap orang berpeluang untuk menerima sajian nikmat kubur atau mendapatkan bencana siksa kubur.

Menghitung mundur adalah satu keadaan penuh kesadaran akan dekatnya kematian dan cepatnya sakaratul maut. Memahami bahwa akan tiba saatnya ruh di dalam jasad yang fana ini akan kembali ke haribaan-Nya tanpa dapat dihentikan oleh siapapun.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

{ فَإِذَا جَاۤءَ أَجَلُهُمۡ لَا یَسۡتَـٔۡخِرُونَ سَاعَةࣰ وَلَا یَسۡتَقۡدِمُونَ }

Artinya: " ... Maka apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun." QS An-Nahl (16) ayat 61.

Apabila hitung mundur telah habis masanya, maka tidak ada seorang pun yang dapat bersembunyi dan lari dari pintu kematian. Semua akan merasakan perpisahan dengan yang dicintai baik dalam keadaan rido bahagia ataupun dalam keadaan terpaksa. 

Allah Azza wa Jalla berfirman:

{ أَیۡنَمَا تَكُونُوا۟ یُدۡرِككُّمُ ٱلۡمَوۡتُ وَلَوۡ كُنتُمۡ فِی بُرُوجࣲ مُّشَیَّدَةࣲۗ }

Artinya: "Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kokoh..." QS An-Nisâ (4) ayat 78.

Pertanyaan paling utama ketika hitung mundur itu habis adalah (1) sudahkah kita menyembah Tuhan yang benar dan menyembah dengan seharusnya? (2) Sudahkah kita memiliki bekal amal yang banyak untuk menghadap dan berjumpa dengan-Nya? (3) Layakkah kita masuk dalam rengkuhan kasih sayang-Nya saat sakaratul maut ketika berbagai maksiat dan dosa masih akrab dikerjakan? 

Semoga Allah Azza wa Jalla senantiasa memberi kekuatan konsistensi dan kesabaran kepada diri yang lemah ini untuk melewati hari-hari ke depannya dalam ketaatan dan kebenaran tanpa melakukan pelanggaran dan kesesatan, hingga saat perpisahan tiba. 

Allah SWT berfirman:

{ مِّنَ ٱلۡمُؤۡمِنِینَ رِجَالࣱ صَدَقُوا۟ مَا عَـٰهَدُوا۟ ٱللَّهَ عَلَیۡهِۖ فَمِنۡهُم مَّن قَضَىٰ نَحۡبَهُۥ وَمِنۡهُم مَّن یَنتَظِرُۖ وَمَا بَدَّلُوا۟ تَبۡدِیلࣰا }

Yang artinya: "Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya)." QS Al Ahzab (33) ayat 23.


Ahad, 23 November 2025



*) Akademisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) di Universitas Pancasila dan Anggota Korps Mubaligh Khairu Ummah.



Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.