Bukan Badai Dahsyat, BMKG: Potensi Cuaca Ekstrem Mulai 28 Desember 2022 dan Melemah pada 5-6 Januari 2023

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). (foto: setkab.go.id)

JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperbarui potensi cuaca ekstrem sepekan ke depan mulai 28 Desember 2022 hingga awal Januari 2023. Berdasarkan pantauan BMKG, dinamika atmosfer di sekitar Indonesia masih berpotensi signifikan terhadap peningkatan curah hujan di beberapa wilayah mulai hari ini hingga 2 Januari 2023 dan melemah pada 5-6 Januari 2023.

"Kondisi dinamika atmosfer yang dapat memicu peningkatan curah hujan tersebut antara lain, masih sama dengan 21 Desember 2022, namun intensitas semakin menguat," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi persnya yang dikutip secara daring, Rabu (28/12/2022).

Dwikorita menyebut terdapat beberapa fenomena yang memicu peningkatan cuaca ekstrem, yakni aktivitas Monsun Asia yang cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir dan disertai adanya seruakan dingin dari Dataran Tinggi Tibet di Asia dan fenomena aliran lintas ekuator yang dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan secara signifikan di wilayah Indonesia bagian barat, tengah, dan selatan.

Dampak munculnya fenomena seruakan dingin disertai arus lintas ekuatorial dapat berdampak secara tidak langsung pada peningkatan curah hujan. Begitu juga kecepatan angin di sekitar wilayah Indonesia bagian selatan ekuator. "Sesuai pada prediksi 21 Desember 2022 lalu, kecepatan angin yang tinggi ini sudah terjadi, dapat mencapai lebih dari 40 knots, itu sudah terjadi dan masih dapat terus terjadi," jelas Dwikorita.

Berdasarkan pantauan BMKG, fenomena tersebut terlihat di titik di wilayah Indonesia barat dan selatan pada 28 Desember 2022 yang berdampak di wilayah Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah. Kemudian semakin meluas ke Jawa Barat, Sumatera bagian selatan, barat, sampai ke Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, hingga selatan Papua.

Dwikorita melanjutkan, fenomena Monsun Asia tersebut kemudian mulai berkurang pada 4 Januari 2023, tetapi masih menutupi sebagian wilayah Sumatera, Laut Natuna, dan juga wilayah Jawa Barat, Banten, wilayah Indonesia selatan, yaitu Jawa Timur, sampai Nusa Tenggara, dan Laut Arafuru. "Mulai mereda tanggal 5-10 Januari 2023, berkurang. Jadi ini gambaran sekilas kondisi cuaca akibat fenomena ini tadi, ada Monsun Asia, seruakan udara dingin, dan aliran lintas ekuator."

Kepala BMKG ini melanjutkan, fenomena itu diprediksi mengakibatkan hujan lebat hingga ekstrem mulai Rabu (28/12) sampai 6 Januari 2023.

Fenomena berikutnya yaitu aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) disertai fenomena Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial yang masih menunjukkan kondisi yang signifikan. Ini berdampak dalam peningkatan pertumbuhan awan hujan dan potensi cuaca ekstrem dalam sepekan ke depan di wilayah Indonesia.

(dpy)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.