Amartha dan CELIOS Luncurkan Fintech Media Toolkit untuk Dorong Impact Investing Sebagai Instrumen Pemerataan Kesejahteraan

 

Salah satu kegiatan "Fintech Journalists: Menjelajahi Dampak Fintech Melalui Lensa Jurnalistik, Selasa (5/3/2024). (Foto: gebrak.id)

JAKARTA -- Masyarakat akar rumput di Indonesia yang belum terlayani oleh layanan keuangan formal memiliki potensi pertumbuhan untuk lebih produktif jika mendapatkan akses yang setara terhadap layanan keuangan. Dengan akses permodalan, segmen akar rumput berpeluang untuk mengembangkan usaha ultra mikro dan meningkatkan kesejahteraan keluarganya.

Namun demikian, sulitnya mengakses pembiayaan menjadi tantangan bagi segmen akar rumput dalam memulai usaha. Survei Bank Indonesia (BI) 2020 menunjukkan sekitar 69,5 persen usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) masih belum memiliki akses kredit perbankan. Padahal, UMKM segmen akar rumput adalah kelompok yang memiliki resiliensi tinggi untuk menopang pertumbuhan perekonomian riil Indonesia.

Hal ini dibuktikan Amartha melalui Sustainability Report 2022, di mana mitra UMKM Amartha masih mampu meningkatkan pendapatan keluarga sebesar 70 persen meskipun mengalami tantangan semasa pandemi.

Kredit menjadi salah satu instrumen yang banyak dipilih sebagai alat memperlancar konsumsi. Sumber keuangan informal, seperti teman, keluarga, bahkan termasuk rentenir masih menjadi sumber penambahan pembiayaan khususnya bagi kelompok masyarakat menengah ke bawah.

Di sinilah, financial technology (fintech) menyediakan solusi inovatif dengan menawarkan kemudahan akses layanan keuangan agar mendorong inklusivitas keuangan lebih merata. Salah satunya adalah penyediaan layanan keuangan bagi masyarakat akar rumput yang memiliki usaha kecil dan ultra mikro, tetapi selama ini tidak dapat mengakses layanan keuangan secara mudah dan aman.

Melihat peran besar fintech ini, Amartha, prosperity platform yang berfokus pada penyediaan layanan keuangan inklusif untuk segmen ultra mikro di pedesaan, menjalin kolaborasi dengan Center of Economic and Law Studies (CELIOS), lembaga riset yang bergerak dalam lingkup analisis makro-ekonomi, kebijakan publik, ekonomi berkelanjutan, dan ekonomi digital
meluncurkan Financial Technology (Fintech) Media Toolkit.

Ditemui di kegiatan "Fintech Journalists: Menjelajahi Dampak Fintech Melalui Lensa Jurnalistik, Selasa (5/3/2024), Chief Risk and Sustainability Officer Amartha Aria Widyanto menjelaskan tujuan dari kegiatan peluncuran tersebut.

“Amartha dan CELIOS meluncurkan Fintech Media Toolkit sebagai wujud advokasi perkuat pemahaman publik terhadap fintech sebagai penyedia layanan keuangan mikro berbasis teknologi yang mampu mensejahterakan masyarakat secara merata dan inklusif. Penyaluran kredit mikro Amartha sendiri tujuan utamanya adalah mendukung segmen akar rumput agar produktif sekaligus mendorong pemerataan kesejahteraan di wilayah rural,” ujar Aria.

Sustainability Report Amartha 2022 menunjukkan layanan keuangan bagi segmen akar rumput yang produktif akan mendukung pemerataan kesejahteraan dan mempercepat inklusivitas keuangan Indonesia. Lanskap fintech Indonesia sendiri memang menunjukkan perkembangan pesat dengan hadirnya beragam layanan. Tren peningkatan volume penyaluran pinjaman secara digital atau online (pinjol) dari Januari 2020 hingga September 2023 tercatat Rp 21 triliun.

Menurut Aria, Fintech Media Toolkit merekomendasikan empat aspek sebagai pedoman penguatan pembiayaan UMKM, meliputi: pertama, peningkatan peran dan pemanfaatan Fintech, kedua, peningkatan resiliensi UMKM khususnya dalam masa krisis, ketiga, perlunya membantu UMKM dalam transisi hijau, dan keempat, perlunya ketersediaan data granular UMKM untuk membantu UMKM mengakses pembiayaan.

Aria menambahkan, impact investing atau investasi berdampak merupakan salah satu strategi investasi yang tidak hanya memberikan keuntungan finansial terhadap para investor, tetapi juga turut berkontribusi dalam memberikan dampak sosial maupun lingkungan yang lebih luas dan positif. Kemitraan strategis antara sektor swasta, pemerintah, dan lembaga keuangan menjadi landasan pentingdalam membentuk ekosistem yang mendukung pertumbuhan impact investing.

Aria menambahkan, salah satu case study yang mengemuka adalah perjalanan Amartha mendukung impact investing secara berkelanjutan. Sejak didirikan pada 2010, Amartha berkontribusi pada kelompok-kelompok yang rentan di Indonesia seperti anak-anak dan para perempuan. Amartha menjembatani para pemilik modal baik dari individu hingga institusi berskala global untuk menyalurkan permodalan berkelanjutan kepada UMKM akar rumput di wilayah rural. Tujuannya adalah pemerataan kesejahteraan.

“Melalui bisnis modelnya, Amartha memberikan akses pendidikan di sektor formal maupun informal, mendorong pemerataan digitalisasi untuk sektor pendidikan di wilayah pedesaan, hingga mendorong para perempuan di wilayah pinggiran pedesaan untuk lebih berdaya secara ekonomi dan keberlanjutan,” kata Aria menandaskan.

Adapun Direktur Eksekutif CELIOS Bhima Yudhistira menyatakan, Fintech Media Toolkit ini merangkum berbagai konsep, inisiatif, strategi, dan kisah lapangan fintech di segmen akar rumput produktif, sebagai alat bantu tingkatkan public awareness. "Penguatan industri fintech dapat diawali dengan penguatan fase credit scoring, sebagai upaya mitigasi risiko untuk menjaga kualitas penyaluran kredit mikro yang sehat," jelas dia.

Bhima melanjutkan, misi akhirnya adalah mendorong peningkatan pemahaman publik yang lebih positif dan mengajak turut berpartisipasi dalam gerakan kolektif “impact investing”. Masyarakat umum, terutama generasi muda, sambung dia, dapat berpartisipasi aktif mendukung fintech segmen akar rumput sektor produktif dengan berpartisipasi melalui “impact investing".

(dkd)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.