Pertemuan Cendekiawan Madani Malaysia-Indonesia Hasilkan Deklarasi Kuala Lumpur

Pertemuan perdana Majelis Cendekiawan Madani Malaysia-Indonesia (Madani Malindo) di Kompleks Institute for Advanced Islamic Studies/IAIS, Petaling Jaya, Kuala Lumpur, pada 22-24 Agustus 2025 berakhir sukses dengan mengeluarkan Deklarasi Madani Malindo. (Foto: Istimewa)
 

KUALA LUMPUR -- Pertemuan perdana Majelis Cendekiawan Madani Malaysia-Indonesia (Madani Malindo) berakhir sukses dengan mengeluarkan Deklarasi Madani Malindo. Majelis yang terdiri dari 99 tokoh cendekiawan dari kedua negara (59 orang dari tuan rumah Malaysia, dan 40 orang dari tamu Indonesia) bermusyarawah dari 22 sampai 24 Agustus 2025, di Kompleks Institute for Advanced Islamic Studies/IAIS, Petaling Jaya, Kuala Lumpur. 

Majelis yang diawali dengan Shalat Jumat dan makan siang bersama PM Malaysia Dato' Seri Anwar Ibrahim di Masjid Putra Jaya, diakhiri dengan pertemuan bersama Timbalan Menteri Ugama Malaysia Dato' Dr Zulkifli Hasan yang berlanjut dengan jamuan makan malam bersama.

Pertemuan Madani Malindo diprakarsai dan diselenggarakan bersama oleh Institut Kefahaman Islam Malaysia/IKIM dan Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations/CDCC Indonesia. 

Delegasi Indonesia yang dipimpin Ketua CDCC Prof Dr M Din Syamsuddin, terdiri dari 40 tokoh cendekiawan Muslim, antara lain Prof Dr Amin Abdullah, Dr Hidayat Nurwahid, Dr Lukman Hakim Saifuddin, Drs Hajriyanto Y Thohari, Dr Anwar Abbas, Prof Dr Sudarnoto A Hakim, Prof Dr R Siti Zuhro, Dr Sabriati Aziz, dr Salmah Bayinah, Dr Syifa Fauzia, Dra Marfuah Mustofa, Dr Nurhayati Assegaf, Dr Ahmad Suaidi, Prof Dr. Syafiq A Mughni, Dr Amirsyah Tambunan, Prof Dr Fasli Jalal, Dr Ahmad Rifai Hasan, dan sejumlah ketua/tokoh organisasi Islam tingkat pusat seperti NU, Muhammadiyah, Al-Washliyah, Persis, Al-Irsyad, ICMI, Wahdah Islamiyah, Mathlaul Anwar, Al-Ittihadiyah, Hidayatullah, Dewan Masjid Indonesia, DDII, IKADI, Ikatan Saudagar Muslim Indonesia, Al-Khairat, Aisyiah, Wanita Islam, Wanita Hidayatullah, BKMT, dan Ma'arif Institute serta CDCC.

Ketua CDCC Prof M Din Syamsuddin dalam sambutannya, baik pada pembukaan maupun penutupan, menegaskan bahwa Wawasan Madani baik untuk masyarakat maupun negara dapat ditawarkan sebagai solusi terhadap dunia yang mengalami kerusakan dewasa ini dan membawa ketakpastian serta ketakteraturan. 

"Wawasan ini telah terbukti dalam sejarah baik pada Nabi Muhammad SAW, maupun pada masa kejayaan Islam antara Abad Ke-9 dan 11 Masehi. Perwujudannya pada masa modern menuntut upaya kontekstualisasi dan reaktualisasi dengan memadukan antara tradisi dan modernitas," kata Din Syamsuddin. 

Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations/CDCC Indonesia, Prof M Din Syamsuddin, memberikan sambutan dalam pertemuan perdana Majelis Cendekiawan Madani Malaysia-Indonesia (Madani Malindo), 22-24 Agustus 2025 di Kuala Lumpur, Malaysia. (Foto: Istimewa) 

Dalam kaitan inilah, lanjut Guru Besar Politik Islam Global FISIP UIN Jakarta ini, dunia Islam harus tampil dengan strategi peradaban baru, dan itulah peradaban madani (al-hadharat al-madaniyyah). "Wawasan ini akan dimantapkan perumusannya pada Madani Malindo 2 di Jakarta tahun depan," tegas dia.

Madani Malindo 1 berlangsung sukses dengan mempertemukan kaum cendekiawan dari dua negeri serumpun dalam jalinan silaturahmi dan silatulfikri yang positif konstruktif.

Selain berjumpa Dato Seri Anwar Ibrahim yang diharapkan bersama Presiden RI Prabowo Subianto dapat menggerakkan dunia Islam ke arah kebangkitan dan kemajuan, Delegasi Cendekiawan Muslim Indonesia secara kebetulan (tanpa rencana) diterima berkunjung ke kediaman Tun Mahathir Muhammad. 

Pada kesempatan pertemuan singkat itu, delegasi mendapat pencerahan tentang potensi Indonesia dan Malaysia menjadi penggerak kebangkitan dan kemajuan dunia Islam. Dalam kaitan ini, Delegasi Indonesia, seperti diungkapkan Din Syamsuddin mengharapkan agar para pemimpin/tokoh umat Islam, khususnya di Indonesia dan Malaysia, dapat bersatu hati dan pikiran serta menghilangkan sengketa dan sak wasangka di antara keduanya.


(ark)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.