Terlibat Operet Merdeka Belajar, Rayyan Al Mathor: Saya Senang Tampil di Depan Pak Menteri

Rayyan Luthfie Ahmad (dua dari kanan) berfoto bersama para talenta lain usai tampil di panggung Merdeka Belajar di kompleks Candi Prambanan, Yogyakarta. (foto: istimewa)

YOGYAKARTA -- Kemendikbudristek menggelar Malam Puncak Hari Pendidikan Nasional di Panggung Ramayana, Kompleks Candi Prambanan, Yogyakarta pada Senin (29/5/2023). Berbagai kesenian dan budaya Indonesia yang dibawakan oleh para talenta di antaranya O-Star Dance Management, Abraham Kevin, Olivia Nelbra, dan Paduan Suara Unika Atmajaya Yogyakarta yang dikemas dalam bentuk operet memeriahkan gelaran tersebut.

Malam Puncak Hardiknas 2023 yang juga sekaligus menutup rangkaian Bulan Merdeka Belajar 2023 dihadiri oleh Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim dan sejumlah pejabat Kemendikbudristek.

Rangkaian acara dibuka dengan operet yang menceritakan keceriaan peserta didik dan semangatnya para pendidik dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar di sekolah yang menerapkan 24 terobosan kebijakan Kemendikbudristek “Merdeka Belajar”. Operet tersebut sangat apik dibawakan oleh para talenta termasuk talenta cilik yang masih usia sekolah dasar.

Salah seorang talenta cilik yang terlibat dalam operet tersebut adalah Rayyan Luthfie Ahmad, siswa Upper A SD Tumbuh 4 Bantul Yoyakarta yang tergabung dalam O-Star Dance Management. Dijumpai usai tampil di panggung Merdeka Belajar, Rayyan mengaku senang bisa ikut operet Merdeka Belajar. Apalagi operet tersebut dihadiri oleh Mendikbudristek.

“Saya senang bisa tampil memerankan Dewa, siswa SD yang suka belajar apa saja melalui musik. Saya senang karena disaksikan juga oleh Pak Menteri,” kata Rayyan, anak bontot dari dua bersaudara tersebut dengan wajah gembira.

Rayyan (dua dari kanan) bersama para talenta cilik lainnya menjelang manggung pada operet Merdeka Belajar di Komplek Candi Prambanan. (foto: istimewa)


Untuk tampil pada operet tersebut, Rayyan hanya berlatih tiga kali di studio dan gladi resik di lokasi acara. Tidak sulit bagi Rayyan untuk membawakan peran siswa SD yang menjadi produk Merdeka Belajar. Karena sejatinya, Rayyan memang sudah sering terlibat dalam proyek seni peran. Baik film-film produksi mahasiswa ISI, MMTC, Universits Mercu Buana, JFA maupun production house.

Bahkan akhir 2022 lalu Rayyan yang memiliki nama panggung Rayyan Al Mathor menjadi salah satu pemain utama dalam film Anak Titipan Setan yang tayang di bioskop-bioskop di seluruh Indonesia.

Rayyan yang kini duduk di kelas V Uper A SD Tumbuh 4 tersebut, mulai tertarik dunia entertainment sejak masih balita. Awal muncul di SCTV pada usia 5 tahun melalui performa sulap cilik. Dari panggung SCTV yang mempertemukannya dengan pesulap Demian Aditya ini, Rayyan kemudian bermain satu panggung dengan pesulap Pak Tarno di Kota Tegal. Dari dunia sulap ini Rayyan kemudian mengenal seni peran.

Selain sibuk tampil sebagai pesulap cilik di momen-momen ulang tahun dan berbagai perayaan yang melibatkan anak-anak, Rayyan yang lahir 19 April 2012 tersebut kemudian terjun dalam seni ketoprak (sandiwara berbahasa Jawa). Ia beberapa kali tampil di TVRI Yogyakarta.

“Terakhir di TVRI Yogya saya mengisi podcast,” jelas Rayyan didampingi sang ibu Eta Fatmawati dan ayahnya Ahmad Nur Shoim.

Rayyan (dua dari kanan) bersama para talenta cilik lainnya menjelang manggung pada operet Merdeka Belajar di Komplek Candi Prambanan. (foto: istimewa).


Sejumlah film pernah dibintangi oleh Rayyan. Di antaranya Duplikat, Melius Vivere Ucup's ideal Planet, Anak Titipan Setan, Jimpitan, Kucing Hitam, The Boy Who Dreamed of Lighting, Dengung Lebah, Rembuk Langkah, Talking Head dan masih banyak lagi lainnya.

Beberapa iklan antara lain, Dinas Pariwisata Sleman, Hato Nugget edisi Ramadhan, Hato Nugget edisi Lebaran, Hato Nugget Dinosaurus, Aplikasi Bonum Telkomsel dan Iklan Layanan Masyarakat Vio.

Sang ayah, Nur Shoim mengakui bahwa kemampuan Rayyan dalam bidang seni peran mengalir begitu saja. “Tidak ada darah seni dalam keluarga kami. Makanya ketika ia mulai menunjukkan kesukaannya pada dunia seni peran, kami sempat bingung bagaimana mengarahkannya,” tutur Nur Shoim.

Sebagai orang tua, Nur Shoim hanya bisa mendukung apa yang disenangi oleh anaknya. Meski pada akhirnya ia dan istri harus pontang panting membangun network atau jaringan untuk membuka akses belajar seni peran bagi anak bontotnya tersebut. “Beruntung ada media sosial. Kami sering memposting kegiatan Rayyan dalam dunia seni peran. Termasuk keterlibatan dia dalam beberapa proyek film. Dari situlah Rayyan kemudian medapatkan job-job film dan iklan,” jelasnya.

Soal sekolah, Nur Shoim bersyukur bahwa SD Tumbuh 4 dimana Rayyan sekolah, sangat mendukung apa yang dilakukan Rayyan. “Kami kadang malu kalau mau izin ketika Rayyan ada kegiatan shooting. Tetapi sekolah mendukung dan bahkan memberikan solusi pembelajaran agar tidak ketinggalan dengan teman-temannya,” tukas Nur Shoim.

Beberapa kali Rayyan dibukakan akses pembelajaran secara daring melalui zoom atau aplikasi lain ketika pada jam sekolah, terpaksa harus menyelesaikan jadwal shooting. Beruntung sebagian besar kegiatan shooting dilakukan pada jam di luar jam sekolah atau bahkan pada hari libur.

“Kami sebagai orang tua mengucapkan apresiasi dan terima kasih kepada pihak sekolah. Sekolah ini benar-benar telah mengimplementasikan konsep Merdeka Belajar,” ucap Nur Shoim.

Dengan konsep Merdeka Belajar, kini anaknya menemukan dunianya yang menyenangkan. Bakat seninya terasah dengan sangat baik. “Guru dan sekolah benar-benar telah memberikan support luar biasa bagi Rayyan,” kata Nur Shoim.

Di tempat terpisah, Kepala SD Tumbuh 4, Indah Dwi Kurniawati mengaku bangga dengan pencapaian salah seorang siswanya, bernama Rayyan hingga saat ini. Ia yakin untuk bisa sampai ke tahapan seperti sekarang ini, Rayyan sudah melewati proses yang menyenangkan, menegangkan, bahkan mungkin melelahkan. “Tetaplah jadi anak yang merdeka dalam belajar untuk menunjukkan siapa dirimu,” pesannya.

Indah juga minta agar Rayyan maupun siswa lainnya untuk menjadikan semua pengalaman dan siapa saja sebagai guru dan menganggap tempat apapun sebagai sekolah. Sebab hanya dengan cara begitu, maka anak bisa belajar di manapun dan kapan pun serta mendapatkan pengetahuan yang sangat luas.

 

(dpy)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.