JAKARTA -- Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) RI melalui Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) terus mendorong penerapan Digitalisasi Pembelajaran melalui Program Sapa Sekolah yang berkolaborasi bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Pendidikan. Pusdatin juga telah melakukan kegiatan serupa di beberapa sekolah, seperti SMPN 102 Jakarta, SMPN 111 Jakarta, SMPN 95 Jakarta, SMPN 28 Jakarta, dan SDN 01 Petir Jakarta.
Program Sapa Sekolah merupakan kegiatan sosialisasi untuk lebih mengenalkan Rumah Pendidikan, sebuah platform yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan melalui kemudahan akses terhadap sumber belajar, efektivitas dalam penyampaian materi, serta peningkatan motivasi belajar murid.
Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi (Kapusdatin), Yudistira Nugraha, menyatakan bahwa program Sapa Sekolah merupakan bentuk amplifikasi dari program Digitalisasi Pembelajaran guna mewujudkan Indonesia cerdas yang pada 17 November 2025 lalu sudah diluncurkan oleh Presiden RI Prabowo Subianto dan Mendikdasmen Abdul Mu'ti.
“Program Sapa Sekolah di SMPN 28 Jakarta ini akan mendorong para guru, dan juga murid untuk mendukung pembelajaran mendalam, mendorong murid cinta terhadap ilmu. Mereka bisa menerapkan dan akhirnya membuat suasana pembelajaran menyenangkan, tentu ini bagian dari mendukung pembelajaran mendalam, yaitu mindfulness, meaningfull, dan joyful,” kata Yudistira di SMPN 28 Jakarta, belum lama ini.
Yudistira menambahkan, SMPN 28 Jakarta merupakan salah satu sekolah rujukan di Indonesia yang menjadi Sekolah Laboratorium Pancasila. SMP ini merupakan satu-satunya sekolah di Indonesia yang menjadi rujukan terkait penerapan nilai-nilai Pancasila. Sekolah Laboratorium Pancasila (SLP) merupakan program inovasi di SMPN 28 yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman nilai-nilai karakter bangsa pada guru serta siswa dan juga sebagai upaya menangkal degradasi moral.
“Laboratorium Pancasila bisa menjadi bagian dari Rumah Pendidikan yang akan menjadi kontribusi DKI Jakarta kepada Indonesia. Harapannya konten-konten ini juga bisa dipelajari oleh sekolah-sekolah lain di seluruh Indonesia sehingga DKI Jakarta sebagai kota global bisa memberikan dampak kepada sekolah-sekolah lain yang ada di Indonesia,” jelas Yudistira.
Kepala Suku Dinas Pendidikan Wilayah 1 Jakarta Pusat, Ade Riswanto, menyebutkan bahwa DKI Jakarta beruntung dapat berkolaborasi bersama Pusdatin Kemendikdasmen, melalui program Sapa Sekolah. Ia pun berharap kegiatan ini mampu menginspirasi dan memacu guru-guru untuk bisa lebih kreatif serta inovatif dalam memanfaatkan teknologi untuk mendukung peningkatan mutu pembelajaran di satuan pendidikan.
“Kami berharap teman-teman guru juga bisa menularkan kepada teman-teman yang tidak atau yang belum bisa mengikuti kegiatan ini, implementasikan dan informasikan ilmu yang Anda dapat saat ini untuk peningkatan mutu dan kualitas pembelajaran di sekolah masing-masing,” jelas Ade Riswanto.
Senada dengan itu, Kepala Sekolah SMPN 28 Jakarta, Ujang Supriyana, berharap kegiatan ini dapat dilaksanakan secara berkelanjutan sehingga para guru mempunyai wadah melalui Rumah Pendidikan untuk berkarya dan berinovasi yang tentunya dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan pembelajaran.
“Bisa dimanfaatkan untuk proses kegiatan pembelajaran bukan hanya di DKI Jakarta tetapi di seluruh Indonesia, karena wadah itu adalah wadah kita semua Bapak/Ibu guru, saya berharap kegiatan ini mungkin berlanjut bukan hanya satu kali, paling tidak satu tahun sekali,” jelas Ujang.
Rumah Pendidikan Jadi Booster Tingkatkan Semangat Belajar
Fatmawati, Wali Kelas 9E SMPN 28 Jakarta, menyampaikan apresiasi atas Rumah Pendidikan. Ia pun merasa platform ini sangat bagus untuk menunjang pembelajaran khususnya guru. “Kita hanya menggunakan satu platform saja sudah bisa memberikan materi pembelajaran, ada video pembelajarannya, kemudian ada games edukatifnya, ada Lab Mayanya jadi hanya menggunakan platform ini saja kita bisa memberikan pembelajaran yang interaktif kepada anak,” ujarnya.
Fatmawati pun mengajak para guru untuk melek teknologi. Menurutnya saat ini sudah banyak platform yang bisa menunjang proses pembelajaran di kelas. “Anak-anak Gen Alpha, Gen Z sekarang itu sangat butuh pembelajaran yang interaktif, salah satunya itu Rumah Pendidikan sudah sangat bagus, sebagai guru-guru kita harus adaptif kita harus mau belajar," ajaknya.
Hal senada juga disampaikan Wahyu Kurniawan, Wali Kelas 9C SMPN 28 Jakarta. Menurutnya Rumah Pendidikan ini sangat bermanfaat, sangat dibutuhkan oleh guru karena sumber belajarnya bisa lebih luas, dan juga lebih interaktif.
“Kita mengajar dengan anak bisa dua arah jadi interaktif anak bisa maju kemudian berkomunikasi dengan kita secara langsung, mereka bisa praktik langsung juga, jadi benar-benar sangat bermanfaat dan sangat membantu untuk guru,” jelas Wahyu. “Tadi anak-anak antusias, selama ini di kelas kita hanya penerapan materi, untuk interaktifnya memang agak terbatas. Dengan adanya Rumah Pendidikan anak jadi lebih berinteraksi, anak-anak juga bisa mengeksplorasi lebih banyak lagi, jadi tak hanya materi saja tetapi juga permainan melalui game edukasi.”
Saman Alfarabi, siswa kelas 9E, menceritakan pengalamannya pertama kali menggunakan aplikasi Ruang Murid yang ada di platform Rumah Pendidikan. Menurutnya, Ruang Murid ini merupakan salah satu program inovatif dari pemerintah karena bisa memadukan antara teknologi, informasi, dan ilmu pengetahuan.
“Lebih enak dan lebih seru menggunakan pembelajaran yang seperti ini, karena kita jadi bisa lebih interaktif lagi dengan guru, lebih leluasa untuk berpendapat, murid mendapatkan hak untuk berpendapat dan menyuarakan apa yang dia pikirkan,” ungkap Saman.
Kemudian ada Qeanu Aliandra Mikail siswa kelas 9F yang terlihat semangat mengikuti pembelajaran menggunakan platform Rumah Pendidikan. “Sangat menarik, menarik dari sisi mata pelajaran lebih bervariasi. Kita bisa lihat seperti sel membran itu kan kecil, jadi kita bisa tahu dengan bentuknya yang lebih besar dan lebih jelas,” terang Qeanu.
Terkait dengan pembelajaran menggunakan metode Rumah Pendidikan atau metode sebelumnya menggunakan papan tulis, Qeanu lebih memilih pembelajaran menggunakan platform Rumah Pendidikan. “Saya pribadi lebih menarik yang ini karena lebih bervariasi dan juga lebih seru, dengan adanya sistem permainan seperti ini,” kata Qeanu menandaskan.
(BKHM Kemendikdasmen)


Posting Komentar untuk "Program Sapa Sekolah: Amplifikasi Pemanfaatan Rumah Pendidikan kepada Guru dan Siswa"