Fatima Payman, Senator Berhijab Pertama di Australia, Minta Muslimah Bangga Kenakan Jilbab

Fatima Payman, Senator Berhijab Pertama di Australia. (foto: abc.net.au)

 

JAKARTA -- Fatima Payman sedang menjadi sorotan dunia Muslim. Bagaimana tidak, wanita kelahiran Kabul, Afghanistan, itu menorehkan sejarah sebagai senator wanita Muslim pertama sekaligus termuda di Parlemen Australia. Ia resmi dilantik sebagai senator dari Partai Buruh untuk Australia Barat.

Dalam wawancara terbarunya dengan the Sydney Morning Herald pekan lalu, Fatima Payman mengungkapkan latar belakangnya sebagai wanita dari keluarga Muslim asal Afghanistan yang harus merantau tinggal di Australia dengan segala tantangan termasuk Islamofobia.

Fatima kini dengan lantang mendorong gadis-gadis yang mengenakan jilbab untuk selalu bangga. Pernyataan itu diungkapkannya dalam pidato perdana di Parlemen Australia pada Rabu (28/7/2022).

“Seratus tahun silam, bahkan sepuluh tahun yang lalu, apakah parlemen ini akan menerima seorang wanita yang mengenakan jilbab untuk dipilih?”  kata Fatima di Parlemen Australia dilansir dari About Islam, Rabu (28/7/2022). “Bagi mereka yang memilih untuk menilai saya tentang apa yang harus saya kenakan atau menilai kompetensi saya berdasarkan penampilan saya, ketahuilah bahwa jilbab adalah pilihan saya.”

Fatima adalah anak tertua dari empat bersaudara. Lantaran kemelut politik yang terjadi di Afghanistan, pada usia delapan tahun, Fatima beserta ibu dan adik-adiknya meninggalkan tanah kelahirannya. Ia menyusul ayahnya yang terlebih dulu pindah ke Australia. Keluarga imigran tersebut tinggal di Kota Perth bagian utara.

Fatima mengungkapkan bahwa kakeknya adalah seorang senator di Afghanistan. Ayahnya seorang lulusan kedokteran yang juga aktif berpolitik.

Fatima yang kini berusia 27 tahun tak menyangka jika dirinya kini bisa menduduki posisi di Parlemen Australia dan membawa suara terutama bagi komunitas Muslim di Negeri Kangguru itu.

"Saya sangat terkejut, saya harus mencubit diri saya sendiri. Kami memenangkan begitu banyak kursi di Australia Barat pada pemilihan 2022," kata Fatima seperti dilansir the Sydney Morning Herald pada Selasa (23/8/2022).

Fatima mengatakan kendati saat ini dirinya menjadi tulang punggung untuk memenuhi kebutuhan keluarga, namun ibunya cukup mandiri secara finansial. Begitupun dengan saudara laki-lakinya yang telah menjadi insinyur dan bekerja untuk sebuah perusahaan teknik.

Fatima adalah wanita Muslim yang taat menjalankan ibadah. Bahkan ia meyakini bahwa ibadah yang dijalankannya setiap hari memainkan peran besar terhadap hidupnya. Ia mengawali pagi dengan Shalat Subuh, kemudian Zuhur, Ashar, Magrib, dan Isya.

Sebagai politisi Islam, Fatima tidak berjuang sendiri. Ada sejumlah politisi Islam lainnya seperti Ed Husic dan Anne Aly dari Partai Buruh dan juga Mehreen Faruqi di Partai Hijau. Fatima tak segan menyatakan Anne Aly yang kini menjabat sebagai Menteri Pendidikan Anak Usia Dini telah menginspirasinya.

Fatima mengaku tinggal di Australia sebagai Muslim bukan hal yang mudah. Alumni Australian Islamic College Perth ini berkali-kali mendapatkan gangguan terlebih setelah serangan teroris 11 September 2001 di Amerika Serikat. Itu membuatnya menjadi sasaran Islamofobia.

Fatima mengaku sangat beruntung bisa bersekolah di sekolah Islam. Ini memungkinkannya untuk melanjutkan rutinitas harian dan mempraktikkan iman. Gangguan terjadi ketika ia pergi ke ruang publik.

"Ketika saya mulai mengenakan jilbab pada tahun 2007 saat berusia enam tahun, saya merasa seperti menjadi bagian dari sebuah komunitas, tetapi itu juga merupakan titik di mana seseorang berkomentar di pusat perbelanjaan, 'Kembalilah ke tempat asalmu', kemudian muncul aksi Pauline Hanson. Tetapi ketika penembakan Christchurch terjadi, saat itulah saya pikir itu benar-benar mengguncang Australia, dan membuat semua orang menyadari bahwa Muslim Australia juga membutuhkan pengakuan dan rasa hormat," kata Fatima.

Fatima pun menjawab kedekatannya dengan politisi Pauline Hanson yang dikenal kerap memberikan pandangan negatif tentang Islam. Fatima mengatakan kendati memiliki perbedaan pandangan namun menurutnya ia dan Hanson sama-sama tengah berjuang untuk melayani masyarakat Australia.

Fatima menyadari pekerjaannya sebagai senator tidaklah mudah. Namun ia mempercayai rutinitas kesehariannya membantunya menyesuaikan diri dengan gaya hidup baru.


(dkd)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.